Pikiran berlebih, atau overthinking benar-benar telah merusak hidupku. Aku menjadi mudah lelah dan merasa tidak aman. Bagaimana mau hidup nyaman jika terus begini.
"Salah satu dampak pikiran berlebih secara terus menerus adalah timbulnya stres. Pada saat itulah sistem saraf pusat di dalam tubuh Anda mengirim sinyal untuk melepas hormon kortisol. Pelepasan hormon itu dapat memengaruhi produksi gula darah dari organ hati yang berfungsi memberi energi. Namun, apabila energi tidak terpakai, maka tubuh Anda akan menyerap lagi gula darah tersebut. Akibatnya, proses itu menimbulkan efek, seperti detak jantung yang meningkat, pusing, sakit kepala, mual, merasa lelah, napas yang tergesa-gesa hingga mengganggu konsentrasi".
Ternyata benar, apa-apa yang aku alami berupa gangguan fisik persis seperti yang dijelaskan di atas, adalah dampak dari stres akibat pikiranku yang berlebih itu. Yang paling aku sering alami adalah peningkatan detak jantung, merasa lelah, dan napas yang tergesa-gesa.
"Berpikiran berlebihan dapat membuat tubuh melepaskan zat kimia seperti neuropeptida dan neurotransmitter. Zat-zat itu dapat mengubah cara tubuh merespons berbagai fungsi. Akibatnya tubuh jadi rentan mengalami peradangan dan sensitivitas."
Radang itu sering timbul, utamanya radang tenggorokan. Padahal aku sudah banyak olahraga, tetapi makan makanan dingin, manis, atau berminyak sedikit, tenggorokanku langsung radang. Cepat sekali bereaksinya. Kurasa ini juga terdapat andil dari pikiran berlebihku.
"Daripada melakukan pikiran berlebih, Anda lebih baik melakukan aktivitas produktif agar tangan dan pikiran Anda tetap sibuk. Pilihlah kegiatan yang disukai. Walaupun merasa kurang berbakat, Anda dapat mengisi waktu denagn menggambar atau menulis. Sibuk melakukan hal yang bermanfaat bisa dijadikan cara agar Anda tidak berpikir berlebihan. Aktivitas yang disukai itu bermanfaat dan mampu meminimalisir pikiran berlebih."
Itulah mengapa aku habiskan waktu luangku untuk mengikuti kelas-kelas di gym. Kalau tidak, waktu kosongku sedikit saja, benar-benar bisa membuatku hanyut dengan pikiranku yang berlebihan. Energiku terkuras oleh pemikiran berlebihan. Sesuatu tentang kekhawatiran, kecemasan, masa depan, ketakutan, dan sebagainya.
"Aktivitas fisik dalam skala sedang hingga berat bisa menjadi pengalih perhatian yang efektif ketika pikiran Anda sedang bertumpuk. Olahraga juga dapat memompa hormon serotonin yang membuat Anda merasa bahagia ke seluruh tubuh dan mengurangi stres. Oleh karena itu jika Anda merasa kecemasan mulai merangsek karena pikiran berlebih, Anda perlu melakukan joging atau lari selama beberapa menit untuk meraup efek positifnya."
Aku setuju karena aku sudah melakukannya beberapa kali. Ketika pikiran negatif menguasaiku, aku keluar dan berlari. Aku merasa alam membantuku melepaskannya. Dari situlah aku mulai cinta dengan kegiatan joging itu. Meski dilakukan sendiri, aku tidak merasa sepi, karena alam membersamaiku. Ketika di Jepang, kegiatan joging begitu menentramkan karena cuacanya yang selalu sejuk, pohon-pohon yang rindang, dan udara yang bersih. Namun, sekembalinya ke Jakarta, rasanya joging yang dulu aku senangi, tidak senikmat dulu. Udara begitu kotor dan panas kalau berangkat kesiangan. Meskipun demikian, olahraga tidak harus joging bukan? Begitulah, mulanya kini aku menyukai aktivitas di gym, yang di dalam ruangan dan ber-AC, sehingga tidak perlu cemas dengan polusi dan teriknya matahari.
"Lakukanlah detoks digital. Media sosial seperti Instagram dapat membuat FOMO (Fear of Missing Out) dan Google pun membuat Anda lebih stres. Oleh karena itu cobalah untuk melakukan digital detox setiap seminggu sekali. Tutuplah semua akun media sosial dan jauhkan diri Anda dari ponsel maupun segala gawai yang memberikan Anda akses terhadap internet, cobalah mulai dengan beberapa jam dalam sehari, lantas secara bertahap dalam seminggu."
Aku sudah memulai ini sejak tahun lalu, dan aku merasa lebih ringan. Terpapar dengan berita-berita teman-teman yang entah di mana keberadaannya sekarang, membuatku mual. Terlalu banyak energi yang kebanyakan negatif yang aku serap. Aku merasa berat. Melepasnya membuatku lega.
Meski tidak membuka akun, bukan berarti aku tidak melihat dunia terkini. Aku tetap mengaksesnya hanya saja dengan akun kedua yang kukhususkan untuk hal-hal berita dunia terkini, postingan lucu, atau lainnya yang penuh dengan pengajaran kehidupan. Bukan tentang teman-teman online. Aku tidak membutuhkan mereka untuk saat ini. Hidupku jauh lebih ringan tanpa mereka.
Untuk teman-teman yang aku ingin tahu keadaannya sekarang, aku bisa langsung menghubunginya, atau bahkan bertemu langsung sambil hangout. Itu justru lebih menyenangkan dan memorable.
"Pikiran berlebih akan menuntun Anda pada permasalahan yang bahkan sebenarnya tidak ada. Dalam hal inilah Anda harus mampu mengelola pikiran dengan baik. Alih-alih berpikir secara berlebihan, Anda sebaiknya mencurahkan isi pikiran tersebut secara riil kepada diri sendiri maupun orang lain..."
"Ucapkanlah kata-kata positif kepada diri Anda sendiri. Anda dapat mengatakan berbagai hal, seperti berikut:
- Saya harus percaya dengan penilaian saya.
- Saya tidak seburuk yang saya pikirkan.
- Saya akan berasumsi positif kepada diri saya sendiri.
- Jangan terlalu mengkhawatirkan masa depan saya.
- Saya akan baik-baik saja.
"Gunakanlah kalimat afirmasi positif untuk diri Anda sendiri. Jika pikiran Anda terus berputar ke apa pun yang membuat Anda berpikiran berlebihan, pilihlah afirmasi untuk diri sendiri saat pikiran tersebut muncul."
Nyatanya, tidak perlu menunggu orang lain untuk mengatakan bahwa saya akan baik-baik saja. Afirmasi positif untuk diri sendiri adalah mantra yang paling ampuh. Berasa diri ini memeluk dan menguatkan diri sendiri. Ingatlah bagaimana pun, di dunia ini, adalah kita sendiri yang paling peduli dengan diri ini.
"Memang sangat mudah untuk terbawa oleh pikiran negatif. Akuilah bahwa pikiran Anda cenderung negatif. Mengkhawatirkan sesuatu yang berlebihan merupakan salah satunya. Belajarlah untuk mengenali dan mengganti cara Anda berpikir. Jika Anda mempunyai masalah, maka memikirkan dan mengkhawatirkannya terus-menerus tidak akan membantu menyelesaikan masalah tersebut. Oleh karena itu Anda harus menantang diri sendiri untuk melakukan apa yang selama ini ditakutkan. Jangan pernah merasa bahwa Anda memiliki banyak kekurangan. Cobalah menyusun keberanian bahwa Anda bisa jadi lebih baik daripada yang lain."
Kuncinya adalah mengakui bahwa diri ini memang dipenuhi dengan pikiran negatif. Agar lebih mudah untuk maju mencari solusi atas apa yang dipikirkan. Jika tidak mengakuinya, kenegatifan itu akan terus menumpuk dan menumpuk hingga membuat sesak. Saatnya maju dan menantang pikiran sendiri.
"Jika Anda melakukan sesuatu yang berbeda, maka Anda bisa melupakan pikiran yang berlebihan. Mencari distraksi adalah salah satu cara ampuh dalam menghilangkan kebiasaan berpikir berlebihan, Anda perlu mengistirahatkan pikiran dari sesuatu yang menyita energi dan waktu Anda. Abaikanlah hal-hal yang mengganggu pikiran Anda. Apapun yang membuat Anda terganggu, teralihkan, atau tertekan harus diletakkan terlebih dahulu di tempat lain dan diabaikan untuk sementara waktu.
Selain berolahraga, aktivitas yang sukses mendistraksi pikiranku dari berpikir berlebih adalah menulis. Ya, hobiku salah satunya adalah menulis, termasuk senang menulis di media blog ini. Setiap kali aku menekan huruf-huruf di keyboard itu, satu per satu kecemasan berguguran. Aku seakan mentransfer benang kusut yang ada di pikiranku ke dalam wadah dimana yang tadinya kusut menjadi rapi.
"Selain cara-cara tersebut, mengapresisasi segala pencapaian diri serta melakukan meditasi juga bisa menjadi alternatif lain dalam menghentikan pikiran berlebih. Hal-hal itu dapat membantu Anda dalam menyegarkan pikiran."
Kesegaran itu terasa ketika aku memutuskan untuk mengikuti kelas yoga. Sesederhana berdiam sambil menarik dan menghembuskan napas, sukses menurunkan stres di kepalaku. Aku merasakan ketenangan dan kedamaian. Apalagi ketika sudah diminta untuk memejamkan mata. Aku bisa sambil membayangkan diriku ada di tengah alam.
"Mendengarkan musik bisa mengalihkan Anda dari pikiran berlebih. Menurut penelitian, mendengarkan musik memiliki banyak manfaat, termasuk mengalahkan pikiran berlebih karena musik dapat menyentuh bagian otak yang tak bisa dijangkau oleh pikiran yang berlebihan."
Ketika pikiran berlebih itu menyerang, aku setuju bahwa mendengarkan musik berhasil mengalihkan pikiran berlebih itu, apalagi jika volume dibuat maksimal. Akan lebih lega rasanya jika tidak hanya mendengar tetapi ikut meluapkan emosi dengan bernyanyi mengikuti lirik lagunya. Hal ini juga yang mengawali kesukaan aku dengan karaoke, ketika di satu sisi, sebagian orang menganggap karaoke sebagai hal yang negatif. Aku tidak peduli dengan pandangan orang, yang jelas dengan berkaraoke, kemuakkan dalam pikiranku terluap secara maksimal.
"Salah satu bentuk mencintai diri sendiri (self-love) yang dapat Anda lakukan ialah tidak menaruh beban kesalahan semata-mata pada diri Anda. Bagaimanapun hal itu tidak membuat keadaan menjadi lebih baik. Munculkanlah energi positif ke dalam diri Anda. Adanya perasaan positif dapat mencegah pikiran berlebih. Perasaan positif adalah rasa bahagia, bersyukur, dan cinta yang diimbangi oleh kapasitas intelektual yang Anda miliki."
Ini adalah sesuatu yang sedang aku biasakan. Aku berusaha untuk mencintai diri sendiri. Bukan sesuatu yang mudah karena terbiasa berpikir dan berperasaan negatif, tetapi aku yakin, dengan merubah hal tersebut, aku yakin hal baik akan terjadi.
"Pikiran berlbeih biasanya terjadi karena kebiasaan. Membiasakan diri untuk memikirkan suatu hal yang merambat ke mana-mana itu ternyata tidak baik walaupun sebenarnya wajar dilakukan sesekali... Pikiran berlebih akan menghantui dan menggerogoti pikiran Anda. Bahkan bisa menjadi salah satu pemicu awal gangguan kesehatan mental, seperti anxiety, panic disorder, dan depresi.
Begitulah, bagaimana depresi ini aku alami, salah satunya karena pikiranku yang berlebih yang tak kunjung usai.
"Ketika mengalami pikiran berlebih, Anda cenderung mengkritik diri sendiri secara berlebihan. Hal itu hanya akan membuat Anda merasa lebih lelah secara mental. Cobalah untuk berhenti mengkritik diri dan mulai mengatakan sesuatu yang baik kepada diri sendiri saat Anda mulai merasa stres. Kadang-kadang Anda tidak perlu membuat keputusan yang sempurna atau menjadi orang yang selalu sempurna. Anda harus terus maju. Jangan terpaku dengan kesempurnaan. Anda tidak harus selalu sempurna. Anda hanya perlu terus belajar."
"Cobalah untuk peka tentang kecemasan yang Anda alami. Sadarilah bahwa Anda tidak perlu merasa cemas. Berhentilah menjadi orang perfeksionis. Anda tidak perlu merasa diri Anda kurang dalam menyelesaikan pekerjaan, kurang cerdas, kurang rapi, kurang bagus, dan lain-lain. Semua itu akan menimbulkan pikiran berlebih karena Anda percaya bahwa diri Anda kurang sempurna. Menjadikan masa lalu sebagai penyesalan akan menyakiti diri sendiri. Perhatikanlah setiap emosi dan respons tubuh yang muncul ketika Anda mengalami pikiran berlebih. Jika Anda menyayangi diri sendiri, maka Anda tidak akan membiarkan diri Anda merasakan efek negatif akibat berpikir secara berlebihan.
Masa lalu yang tidak sempurna menimbulkan kecemasan akan masa depan yang tidak sempurna. Kesempurnaan pada akhirnya bukanlah sesuatu yang harus digapai, justru malah rintangan yang harusnya dikalahkan. Jika terus terpaku dengan kesempurnaan, hanya lelah yang dirasa. Hingga akhirnya rasanya mau mati. Karena begitu, maka janganlah menyembah kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik-Nya.
"Ketika Anda berpikir berlebihan, segeralah berhenti dan keluarkanlah buku catatan atau aplikasi notes favorit pada ponsel Anda."
Di dalam bukunya, aku diajarkan untuk menuliskan apa-apa saja yang membuatku berpikir berlebih, kemudian menanyakan kembali kepada diri sendiri, apakah jika hal tersebut terjadi akan membuatmu dirimu tidak berarti?
Contoh sederhana, misalnya aku sering mencemaskan mengenai respons teman-teman ketika aku meributkan suatu hal, maka aku perlu bertanya pada diri sendiri, apakah ribut membuat pertemananmu berakhir? Tidak bukan, jadi, tidak perlu terlalu dipikirkan, aku hanya perlu kembali berteman dan mengakui serta meminta maaf jika memang ada salah. Jika solusi sudah terjawab, maka masalah tersebut dapat dicoret dari catatan, sehingga aku dapat berhenti memikirkan dan mencemaskan hal tersebut secara berlebihan.
Kesimpulannya, buku "Seni Mengatasi Pikiran Berlebih" yang ditulis oleh Brian Adam ini meyakinkanku bahwa berpikir berlebih bukanlah suatu hal yang baik karena mengundang berbagai penyakit baik fisik maupun mental. Oleh karenanya, disarankan untuk melakukan berbagai aktivitas mulai dari olahraga hingga melakukan hal-hal yang disukai sebagai pengalihan. Memang tidak mengatasi masalah yang menjadi pikiran, tetapi setidaknya kegiatan tersebut sukses menunda diri dari berpikir berlebihan.
Brian Adam tidak bermaksud agar pembaca lari dari masalah. Dalam bukunya, juga diarahkan agar masalah yang menjadi pikiran berlebih tersebut untuk dituliskan, serta didiskusikan sendiri dengan diri sendiri, apakah ada penyelesaiannya dan jika terjadi seberapa besar dampaknya. Kadang, pikiran berlebih hanya mengkhawatirkan hal-hal yang sebenarnya tidak begitu besar. Dengan menuliskannya, dan menyadarinya sendiri, serta meyakinkan diri bahwa dampak yang tidak terlalu buruk, memudahkan diri untuk berhenti dari berulang memikirkan hal tersebut.
"Kita sekarat karena terlalu banyak berpikir. Kita perlahan-lahan membunuh diri sendiri dengan memikirkan segalanya. Berpikir. Berpikir. Anda tidak akan pernah bisa memercayai pikiran manusia. Itu jebakan maut." -Anthony Hopkins.
No comments:
Post a Comment
If you want to be notified that I've answered your comment, please leave your email address. Your comment will be moderated, it will appear after being approved. Thanks.
(Jika Anda ingin diberitahu bahwa saya telah menjawab komentar Anda, tolong berikan alamat email Anda. Komentar anda akan dimoderasi, akan muncul setelah disetujui. Terima kasih.)