Hidup dengan penuh pertanyaan sudah dimulai sejak kecil. Bedanya dulu dan sekarang, di masa kecil, lingkupku sesempit itu. Bapak adalah tipe orang yang suka menjelaskan, jadi ga pernah jengkel kalau aku banyak bertanya.
Di rumah, semua kakak-kakak kebagian pertanyaanku. Aku paling sering bertanya sama bang iman. Ga peduli bang iman baru banget tidur, mata masih merah, aku gangguin terus. Bukannya mengerti kondisi, aku tetep sikat dengan pertanyaan. Untungnya kesabaran abangku tidak setipis tisu.
Karena setiap pertanyaanku selalu dijawab, aku ngga pernah mengalami penolakan. Hingga akhirnya saat tumbuh dewasa dan bertemu banyak orang dengan beragam karakter, aku menyadari bahwa tidak semua orang senang ditanya.
Yang paling membuat trauma adalah pengalaman kerja di kampus, dimana bos geram karena aku banyak tanya. Kena mental lah aku, aku resign. Aku banyak tanya karena instruksinya ngga jelas, jadilah aku tanya sedetail mungkin. Tapi aku ga pernah nyangka kalau itu membuatnya tidak nyaman. Di sisi lain, aku ga bisa kerja kalau ngga jelas. Jadilah, kuundur diri.
Berangkat dari situ, saat wawancara di kantor baru, pertanyaan pertamaku adalah, apakah boleh jika banyak bertanya. Alhamdulillah ga masalah, dan mentorku itu baikkkk sekaliii, tiap hari aku drop pertanyaan dan dijawab dengan sabar.
Insecurity ku sangat kronis. Aku selalu bertanya untuk memperoleh validasi. Bahkan pertanyaan yang sama bisa aku ulang berkali-kali. Ketemulah aku dengan teman yang ga suka dengan pengulangan. Konflik lah ya. Akhirnya dari hasil negosiasi, aku boleh bertanya hal yang sama tapi dua kali maksimal, wkwkwk.
Bahkan ternyata ada juga yang aku tanya, tapi diabaikan, tanpa jawaban sama sekali. Yang ini sakit sih.
Udah tulis panjang-panjang, diread doang.
Ada juga yang awalnya meladeni tapi ternyata muak juga aku tanya-tanya terus.
Aku jadi belajar, bahwa tidak semua orang suka ditanya, dan juga belajar untuk menyaring pertanyaan.
Jadi, banyak bertanya itu menyebalkan atau tidak, tergantung kepada siapa bertanyanya. Pelajari dulu karakter orang-orangnya.
Kalau aku sih, suka ditanya. Bahkan aku komplain ke keponakan-keponakan, karena ga ada yang bertanya. Padahal tantenya kan bisa bantuin jelasin PR nya.
Oke, cukup sekian kerandoman malam ini. Kalau ga dipikirin apakah banyak bertanya itu menyebalkan atau tidak, muncul terus pertanyaannya di kepala, pusinggg.
No comments:
Post a Comment
If you want to be notified that I've answered your comment, please leave your email address. Your comment will be moderated, it will appear after being approved. Thanks.
(Jika Anda ingin diberitahu bahwa saya telah menjawab komentar Anda, tolong berikan alamat email Anda. Komentar anda akan dimoderasi, akan muncul setelah disetujui. Terima kasih.)