Mulanya sehabis konsumsi makanan-makanan berminyak di hari kamis, tenggorokan terasa ngga enak, aku tau aku harus konsumsi permen lozenges supaya lebih legaan tenggorokan, tetapi pada saat itu stok permenku lagi abis. Kebetulan lagi kerja di rumah dan mager banget keluar untuk beli permennya di alfamart karena lumayan jauh.
Jadilah aku menahan rasa ga enak itu setengah harian. Baru setelah selesai kerja, menuju magrib aku keluar buat beli. Padahal lagi parah-parahnya tapi aku malah kepikiran coba permen lozenges baru. Sebelumnya udah coba yang Woods yang original, lumayan efektif, terus aku gaya-gayaan mau coba yang Woods yang rasa lemon. Eh ternyata ngga kunjung membaik, sampai akhirnya di hari minggu aku tumbang.
Suara hilang, batuk-batuk kering dan mulai demam. Wah ini sih udah infeksi, aku butuh antibiotik. Akhirnya aku berobat online yah di good doctor lewat aplikasi grab, saking magernya keluar rumah. Aku lebih suka pakai good doctor daripada halodoc karena di-cover sama asuransi.
Alhamdulillah ya dokternya cekatan dan obatnya juga cepat sampainya.
Obat yang diberikan antara lain antibiotik Cefadroxil (Sefadroksil) 500 mg, metil prednisolon, Actifed merah, SP troches, paracetamol, dan vitamin Theragran M. Mari kita bahas satu per satu terkait informasi obatnya.
Pertama, Cefadroxil adalah salah satu antibiotik yang menjadi pilihan untuk infeksi saluran pernapasan. Namun perlu diketahui, bahwa infeksi juga bisa diakibatkan oleh virus. Apabila terkonfirmasi virus yang menjadi penyebabnya, maka antibiotik tidak mempan, antibiotik diperuntukkan hanya untuk infeksi akibat bakteri saja. Karena, cara kerjanya adalah dengan menghambat pembentukan dinding sel bakteri, secara tidak langsung bakteri akan mengalami kegagalan pertumbuhan dan lisis/hancur dengan sendirinya. Jadi, tidak akan berguna jika berhadapan dengan virus, karena virus dan bakteri memiliki struktur yang berbeda.
Cefadroxil ini adalah golongan antibiotik cephalosporine (sefalosporin). Perlu diketahui bahwa golongan cephalosporine untuk saat ini terdiri dari lima generasi. Cefadroxil sendiri adalah generasi pertama, semakin meningkat generasinya artinya semakin baik, bisa dalam hal cakupan bakteri yang menjadi tujuan pengobatannya [1].
Aku sendiri kadang suka penasaran sama kondisi rongga mulutku ketika sedang tidak enak badan. Ternyata kalau sudah infeksi, bisa keliatan jelas banget bengkak dan kalau lagi parahnya, bahkan keliatan bintik-bintik putih, koloni bakterinya. Kalau udah jelas infeksi begini, harus banget segera ke dokter. Karena antibiotik hanya bisa diperoleh dengan resep dokter. Pembelian antibiotik dibatasi karena adanya risiko resistansi antibiotik.
Resistansi antibiotik adalah kondisi dimana apabila menggunakan antibiotik tidak tepat diagnosis atau tidak tepat penggunaan, akan menyebabkan bakteri menjadi kebal. Sebagai gambaran begini, penggunaan yang tepat adalah bahwa antibiotik harus dihabiskan. Kemudian pasien tidak menghentikan pengobatan karena sudah merasa enakan, padahal antibiotik masih tersisa. Yang terjadi secara mikro adalah bakteri belum benar-benar mati. Bakteri hanya melemah, belum musnah.
Ketika belum mati, sangat mungkin bakteri tersebut untuk mempelajari antibiotik yang diberikan. Dengan mempelajari antibiotik tersebut, bakteri dapat mempersiapkan diri dan memperkuat pertahanannya dengan cara bermutasi dengan tujuan apabila diserang kembali dengan antibiotik yang sama, sudah tidak akan mempan lagi.
Perlu diketahui bahwa antibiotik itu ada beberapa tingkatan, dimana tingkatan terakhir adalah antibiotik terkuat, apabila semua antibiotik sudah resistan, tidak mempan lagi diberikan, sudah tidak ada lagi harapan untuk bisa sembuh. Bakteri menang dan terus menyerang tubuh kita. Ini adalah kondisi gawat dan mengancam jiwa. Contoh kasus yang pernah ada, adalah suami Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi, yang meninggal akibat komplikasi berbagai penyakit dan adanya resistansi antibiotik, sudah sampai pada penggunaan antibiotik terkuat, dan kalah juga [2].
Kabar buruknya, bakteri ini bisa menyebar, bahaya kan kalau bakteri mutan yang sudah kuat ini menjangkit manusia-manusia yang lain. Apa kabar nanti kalau obat-obat terkuat sudah pada tidak mempan. Benar-benar suatu kegawatan di dunia. Jadi, jangan biarkan bakteri resistan, dengan cara, menggunakan antibiotik sesuai dengan aturan penggunaan, yaitu dengan DIHABISKAN!
Ulasanku terkait resistansi antibiotik, bisa dibaca di postinganku di sini juga yaa.
Selain harus dihabiskan, Cefadroxil ini harus diminum 2 kali sehari sesudah makan.
Kedua, metil prednisolon. Ketika terserang bakteri, gejalanya selain demam dan nyeri, adalah terjadinya peradangan (dengan penampilan adanya pembengkakan) atau bahasa kedokterannya, inflamasi. Untuk mengobati inflamasi, maka perlu diberikan obat antiinflamasi. Obat antiinflamasi yang diberikan oleh dokter untukku adalah metil prednisolon.
Obat antiinflamasi setidaknya ada 2 macam berdasarkan struktur senyawanya, yaitu obat antiinflamasi steroid seperti kortikosteroid dan antiinflamasi non-steroid (artinya tidak ada struktur steroidnya). Nah, metil prednisolon ini adalah golongan obat yang kortikosteroid. Cara kerjanya adalah dengan terikat pada suatu reseptor glukokortikoid yang akan berinteraksi dengan sekuens DNA spesifik yang kemudian interaksi tersebut akan menghasilkan suatu penekanan transkripsi gen yang terlibat dalam inflamasi, sehingga inflamasi yang terjadi akan berkurang [3].
Selain melalui penekanan gen inflamasi, metil prednisolon juga beraksi dengan cara melakukan penghambatan pada fungsi imunologis yang dimediasi sel, sehingga terjadi penurunan jumlah leukosit neutrofilik, monosit, eosinofil, dan limfosit yang mana merupakan sel-sel sistem imun yang selalu datang ketika terjadi infeksi. Penekanan sistem imun ini diupayakan karena salah satu penyebab inflamasi adalah aksi dari sistem imun itu sendiri [3].
Karena sistem imun ditekan, selama pengobatan, sebaiknya pasien beristirahat, atau istilahnya full bedrest, di kasur aja, untuk menjaga diri juga agar tidak terpapar dunia luar yang mungkin ada banyak bakteri patogen-patogen lain (bakteri penyebab penyakit), karena sistem imun sedang ditekan, kalau ada patogen baru, nanti ga ada yang menyerang (dalam hal ini, ada antibiotik sih, cuma tetap lebih baik istirahat penuh) karena juga agar tubuh fokus berkonsentrasi untuk pengobatan, tidak terbagi dengan aktivitas fisik lainnya.
Sayangnya, kortikosteroid, dalam hal ini metil prednisolon, juga dapat menghambat siklooksigenase (COX), yang mengaktifkan prostaglandin. Prostaglandin adalah hormon yang berperan juga dalam terjadinya inflamasi. COX sendiri ada 2 macam, yaitu COX-1 dan COX-2. Apabila COX-1 dihambat, maka akan terjadi penurunan produksi pertahanan permukaan membran lambung, akibatnya dapat menyebabkan perdarahan pada lambung. Sementara, apabila mengonsumsi kortikosteroid ini, penghambatan COX tidak dapat dicegah, sehingga gangguan pada saluran cerna menjadi salah satu efek samping penggunaan obat ini [4].
Oleh karena itu, pasien perlu mendapatkan informasi pentingnya penggunaan setelah makan, agar lambung tidak kosong, sehingga ketika obat bekerja, asam lambung tidak langsung mengenai membran lambung.
Untuk pasien dengan riwayat gangguan lambung, dokter mungkin akan membarengi pemberian metil prednisolon ini dengan obat-obatan yang akan melindungi lambung. Atau bisa juga dengan mengganti obat antiinflamasi ini dengan jenis yang lebih aman. Yaitu obat-obatan antiiflamasi non-steroid yang selektif COX-2. Jadi, yang dihambat hanya COX-2 saja, jika COX-2 dihambat secara selektif, maka tidak akan mengenai penurunan pertahanan permukaan membran lambung (ingat bahwa hal ini terjadi jika COX-1 dihambat, jika hanya COX-2 yang dihambat, maka tidak akan terjadi). Contoh obat yang selektif COX-2 ini antara lain Celecoxib, Etoricoxib, dan Parecoxib [4].
Kortikosteroid ini, bersifat tidak selektif, sehingga menghambat kedua COX, baik COX-1 maupun COX-2. Penggunaan metil prednisolon, diberikan sebanyak 3 kali sehari, sesudah makan.
Selain berefek pada saluran cerna, penggunaan metil prednisolon dan obat-obatan kortikosteroid lainnya dalam jangka waktu lama perlu dihindari, karena efek sampingnya yang berbahaya apabila berkepanjangan, karena dapat menyebabkan kondisi hiperglikemia atau kadar gula darah yang meningkat, sehingga bisa berdampak pada risiko diabetes. Dengan adanya efek ini, penggunaan metil prednisolon tentunya perlu menjadi perhatian untuk pasien-pasien diabetes. Selain itu, penggunaan jangka lama juga dapat menyebabkan gangguan jantung. Jadi, gunakanlah metil prednisolon secara bijak. Sesuai aturan penggunaan, dan hentikan apabila sudah membaik, serta jangan gunakan dalam jangka waktu lama.
Ketiga, Actifed merah, diindikasin untuk gejala batuk-batukku yang tidak berdahak. Actifed merah ini adalah sirup yang mengandung 3 zat aktif, yaitu Dextromethorphan HBr, Pseudoephedrine HCl, dan Triprolidine HCl. Ketiganya memiliki mekanisme kerja yang berbeda, tetapi satu tujuan, ya untuk meringankan gejala batuk-batuknya.
Mekanisme kerja dari Dextromethorphan HBr sendiri adalah dengan menekan saraf pusat batuk. Jadi ketika ada bakteri yang menyerang tubuh, sebagai tanggapan, tubuh merespons dengan batuk-batuk, ditujukan agar bakteri yang menyerang tersebut dapat keluar dari tubuh. Namun kemudian, dari pasien, batuk-batuk ini mengganggu ketika sedang melakukan aktivitas sehari-hari, ditambah merasa tidak enak ketika bersama orang lain, khawatir, bakteri yang keluar, menular ke orang lain, jadi penting juga untuk selalu menggunakan masker ketika batuk, atau jika memungkinkan dihindari aktivitas bersama orang lain, misal dengan cuti sakit, atau bekerja di rumah. Jadi dengan penggunaan Dextromethorphan HBr ini batuk-batuk dapat ditekan [5].
Efek samping Dextromethorphan HBr masih jarang, sehingga masih aman untuk digunakan. Oleh karena itu juga obat batuk ini aman digunakan dan dapat dijual bebas tetapi terbatas.
Sementara Pseudoephedrine HCl (pseudoefedrin HCl), bekerja dengan mekanisme yang mirip dengan efedrin, namun dengan efek yang lebih lemah, contohnya dapat menyebabkan takikardi (kondisi denyut jantung di atas normal) namun lebih lemah. Ketika terjadi peradangan, maka terjadi pelebaran pembuluh darah, akibatnya saluran napas menjadi lebih sempit, pasien akan merasakan kesulitan bernapas. Dengan dikonsumsinya pseudoephedrine HCl ini, maka akan terjadi penyempitan pembuluh darah sehingga saluran napas menjadi lega kembali, napas dapat kembali normal. Adanya penyempitan, maka tekanan darah menjadi lebih tinggi, sehingga efek sampingnya menjadi takikardi, atau secara fisik, seperti rasa deg-degan [6].
Triprolidine HCl adalah obat antihistamin. Kenapa diperlukan antihistamin? Karena kaitannya dengan adanya infeksi, ketika terjadi serangan bakteri/patogen, selain batuk-batuk, tubuh juga mengaktifkan reaksi alergi, reaksi yang dikeluarkan ketika ada zat asing, yaitu dengan mengeluarkan histamin. Ketika histamin ini dikeluarkan, maka seperangkat sistem imun akan menyerang balik sehingga menyebabkan inflamasi. Untuk meredakan inflamasi ini, maka pengeluaran histamin perlu dihalangi. Yaitu, dengan pemberian antihistamin [7].
Triprolidine HCl ini adalah obat antihistamin generasi pertama. Setidaknya ada 3 generasi berdasarkan efek sedasi atau efek yang bikin kantuk. Generasi pertama ini, bekerja tidak secara selektif terhadap reseptor histamin, sehingga dapat pula menekan saraf yang menyebabkan rasa kantuk. Sehingga obat batuk yang mengandung Triprolidine HCl ini perlu diperhatikan agar jangan dikonsumsi apabila sedang berkendara. Obat antihistamin generasi satu ini selain Triprolidine HCl, ada juga chlorpheniramine maleate (CTM), doxylamine, dan clemastine [8].
Obat antihistamin generasi kedua dan ketiga memiliki efek sedasi yang lebih ringan. Tentunya generasi ketiga, yang paling ringan, sehingga paling tidak menyebabkan kantuk. Contoh obat golongan antihistamin generasi kedua antara lain cetirizine dan loratadine, sementara contoh generasi ketiga saat ini ada fexofenadine [8].
Keempat, SP Troches. Bukan SG Troches yaa, awalnya kupikir SG Troches dengan kemasan baru, ternyata memang beda, bukan SG Troches. Bedanya, kalau SG Troches ini mengandung antibiotik, kalau SP Troches kandungannya antiseptik, yang lebih aman digunakan untuk mengurangi sakit tenggorokan, seperti permen lozenges, mirip seperti Strepsils. Kalau Strepsils zat aktifnya ada dua, sehingga diklaim ada aksi gandanya, SP Troches, hanya 1 zat aktif saja, yaitu Dequalinium Chloride. Bisa diberikan sebanyak 6-8 kali sehari, atau dikonsumsi tiap 4 jam.
Kelima, paracetamol. Obat umum yang dijual bebas sebagai analgesik (antinyeri) dan antipiretik (antidemam), diberikan tiga kali sehari apabila demam saja, jadi kalau sudah tidak demam, tidak perlu digunakan. Penggunaan paracetamol dalam jangka waktu lama perlu dihindari karena paracetamol ini hepatotoksik, atau toksik untuk hati karena obat ini hampir sepenuhnya dimetabolisme di dalam organ hati. Jadi, digunakan sesuai gejala saja yaa.
Terakhir, vitamin Theragran-M. Ini multivitamin yang aku sukai karena kandungan vitaminnya lengkap dan disalut gula kalau aku sih merasanya seperti coklat, serta permukaannya yang licin sehingga mudah ditelan serta nyaman dikonsumsi. Kandungannya antara lain Vitamin A 10000 IU, vitamin B1 10 mg, vitamin C 200 mg, vitamin B2 10 mg, vitamin B6 5 mg, vitamin B12 5 mcg, vitamin D 400 IU, Ca pantothenate 20 mg, Niacinamide 100 mg, Fe 12 mg, K iodide 150 mcg, magnesium 65 mg, Copper 2 mg, Manganese 1 mg, Zink 1.5 mg. Diminum cukup 1 kali sehari saja. Penggunaan vitamin harus sesuai, tidak boleh overdosis, karena kelebihan vitamin juga tidak baik, ada efek sampingnya.
Ngomong-ngomong, pembahasan lebih spesifik mengapa efek samping dapat terjadi selama penggunaan obat-obatan, bisa dibaca di postinganku yang ini yaa.
Selain penggunaan obat-obatan tersebut, agar cepat sembuh dari radang tenggorokan dan batuk-batuknya, maka perlu dihindari konsumsi makanan-makanan yang dapat memperparah kondisi, seperti yang berminyak, atau yang manis-manis. Jadi pilihan yang lebih baik adalah makanan yang direbus dan air putih hangat saja. Sebisa mungkin hindari air dingin.
Jadilah waktu badan udah enakan, lalu abis badminton, padahal pengen banget gula, kepala udah pening, tapi harus ditahan yah, karena takut gatal tenggorokan. Kalau lagi sehat sih, udah langsung beli minuman es yang manis.
Nah kalau sudah sembuh, sekarang harus belajar pencegahannya, tadi dari pengalamanku di atas, semua terjadi karena keterlambatan pencegahan. Ketika sudah merasa ada gejala ga enak di tenggorokan, aku ngga segera konsumsi peringan gejala itu, karena stok lozengesku habis, tapi aku ngga segera beli, hingga makin parah dan ketika udah ada, udah ga mampu lagi meringankan gejalanya. Akibatnya masuk ke tahap infeksi sehingga membutuhkan seperangkat obat-obatan di atas.
Menarik untuk membahas pencegahan sakit tenggorokan yang aku alami, sebetulnya tidak hanya dengan konsumsi permen lozenges saja. Anyway, beberapa permen yang aku coba sudah pernah aku bahas di sini. Sebagai tambahan, yang aku ceritakan di atas, aku mencoba varian permen lain, yaitu Woods. Ada beragam rasa yang tersedia, mulai dari original, hingga rasa buah-buahan. Pada saat itu, aku coba yang lemon, padahal gejala udah makin parah. Jadilah efeknya kurang bekerja maksimal. Setelah aku amati, selain perbedaan harga, yang original lebih mahal daripada varian rasa buah, ternyata kandungan minyak pepermintnya juga berbeda. Untuk yang original sebanyak 1%, sementara yang rasa lemon hanya 0,2%. Kini jelaslah, yang lemon kurang ampuh aku gunakan saat itu karena konsentrasinya tidak sebesar yang original.
Minyak pepermint (peppermint oil) sendiri, memiliki kandungan mentol yang berkhasiat mirip seperti antibiotik, sehingga efektif untuk gejala sakit tenggorokan yang diduga akibat serangan patogen.
Kalau sudah membaca postingan review permen lozenges yang aku berikan link-nya di atas, aku masih mengakui permen lozenges Ryukakusan yang terbaik, lalu di nomor dua, Strepsils, baru yang ketiga Woods rasa original, dan keempat Woods yang rasa lemon.
Sakit tenggorokanku ini sudah seperti penyakit harian yah. Makan gorengan dikit atau yang manis-manis dikit, langsung deh ga enak tenggorokannya. Setelah introspeksi, dan mengilas balik kebiasaan-kebiasaan dulu, aku baru menyadari, kalau dulu-dulu aku setiap setelah makan, karena mengantuk, aku langsung tidur rebahan. Yang ternyata, kebiasaan tersebut menjadi salah satu penyebab seringnya aku sakit tenggorokan.
Karena pada saat setelah makan, lambung masih penuh dengan makanan. Lalu ketika berbaring, posisi lambung dan tenggorokan berada dalam posisi horizontal yang sama, yang kalau dibiasakan, cairan lambung bisa naik ke atas dan mengiritasi tenggorokan secara terus menerus. Iritasi yang diakibatkannya inilah penyebab rasa sakit pada tenggorokan. Apabila terus dihiraukan, paling parah bisa menyebabkan katup antara saluran cerna dan kerongkongan tidak lagi dapat menutup maksimal, sehingga gangguan penyakit yang disebut refluks (cairan makanan dalam lambung yang balik naik ke atas) dapat terjadi.
Menyadari akan hal itu, kini aku membiasakan untuk bertahan dengan rasa kantuk setiap kali habis makan, atau kalau ga kuat, rebahannya dengan menggunakan bantal yang tinggi, sehingga tetap dipastikan posisi kerongkongan lebih tinggi daripada saluran cerna.
Intermezzo terkait tenggorokan dan kerongkongan. Kenapa aku sering menggunakan istilah sakit tenggorokan, karena sudah digunakan secara umum ya, padahal seringnya terjadi akibat salah makan, makanan kan masuknya lewat kerongkongan yaa. Harusnya disebutnya sakit kerongkongan kan. Tapi yasudahlah, berhubung kerongkongan ini juga bertemu dengan tenggorokan di faring, sehingga infeksi yang terjadi juga bisa mengenai tenggorokan, jadi makannya di sini aku lebih sering menyebutnya sakit tenggorokan, seperti pada umumnya, intinya sorethroat lah ya. Tapi ketika membahas cairan lambung yang naik ke atas, tentu ke kerongkongan, bukan ke tenggorokan, karena tenggorokan bertemunya dengan paru-paru. Itulah kenapa aku tiba-tiba menggunakan istilah kerongkongan di atas.
Kembali lagi terkait pencegahan, selain membiasakan posisi tubuh yang benar setiap setelah habis makan, iritasi pada kerongkongan atau tenggorokan yang menjadi penyebab sakit tenggorokan juga bisa terjadi apabila kerongkongan atau tenggorokan tersebut kering. Ketika kering, menjadi lebih mudah iritasi. Sebagai gambaran, lapisan permukaan pada kerongkongan pada dasarnya tersusun dari sel-sel epitel yang sama dengan kulit, hanya saja pada kulit ada banyak modifikasinya.
Dengan analogi yang sama, ketika kulit kering, akan lebih mudah iritasi, itulah mengapa, di suhu dingin yang kering, kejadian luka tanpa adanya tumbukan lebih sering terjadi hanya karena kulitnya kering. Mengerut lalu lama-lama pecah dan berdarah. Seperti itu juga gambaran jika sel epitel pada kerongkongan kering, maka lebih mudah mengalami iritasi juga.
Sehingga, yang bisa dibiasakan selanjutnya adalah banyak minum air putih, agar kerongkongan terus terasa lembab. Selain itu, penggunaan humidifier juga bisa diandalkan, dalam penyediaan udara lembab, agar kerongkongan dan tenggorokan juga bisa tetap berada dalam kondisi kelembapan yang cukup. Lain waktu, aku bisa review humidifier yang aku gunakan. Nanti yaa.
Kesimpulannya, pencegahan yang bisa dilakukan ketika sudah merasakan gejala tidak enak pada kerongkongan/tenggorokan adalah dengan mengonsumsi permen lozenges, memperbaiki posisi tubuh setiap setelah makan yaitu dengan menghindari cairan lambung naik ke atas, serta dengan memastikan kondisi kerongkongan dan tenggorokan dalam kelembapan yang cukup baik dengan minum banyak air putih disertai dengan penggunaan humidifier di dalam ruangan dalam rangka mencegah terjadinya iritasi.
Sekian untuk sharing kali ini, semoga ada manfaat yang bisa diperoleh, mohon maaf kalau ada kesalahan. Terima kasih sudah berkunjung!
Referensi:
[1] Bui T, Preuss CV. Cephalosporins. [Updated 2022 Nov 6]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551517/
[2] https://health.kompas.com/read/2015/08/06/100845223/Cerita.Nafsiah.Mboi.Soal.Perjuangan.Almarhum.Suaminya.Lawan.Penyakit
[3] Ocejo A, Correa R. Methylprednisolone. [Updated 2022 May 22]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544340/
[4] https://www.rxlist.com/cox-2_inhibitors/drug-class.htm
[5] Oh SR, Agrawal S, Sabir S, et al. Dextromethorphan. [Updated 2022 May 29]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538216/
[6] Głowacka K, Wiela-Hojeńska A. Pseudoephedrine-Benefits and Risks. Int J Mol Sci. 2021 May 13;22(10):5146. doi: 10.3390/ijms22105146. PMID: 34067981; PMCID: PMC8152226.
[7] National Center for Biotechnology Information (2023). PubChem Compound Summary for CID 5282443, Triprolidine. Retrieved January 22, 2023 from https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Triprolidine.
[8]https://www.goodrx.com/classes/antihistamines/5-things-to-know-about-over-the-counter-antihistamines
[9] https://www.healthline.com/health/essential-oils-for-sore-throat#:~:text=Peppermint%20essential%20oil,the%20antibiotic%20gentamicin%20(Garamycin).