Pernah terpikir ngga sih, kenapa ya banyak produk skincare yang mengandung niacinamide? Memangnya niacinamide itu apa sih? Sebetulnya niacinamide itu sendiri sudah ada padanan Bahasa Indonesianya yaitu "niasinamida", tapi berhubung sering dipakainya di produk-produk skincare bahasa Inggrisnya, kita di sini sebutnya niacinamide juga aja yaaa.
Niacinamide itu adalah salah satu bentuk dari vitamin B3. Bentuk lainnya adalah niacin. Meski berasal dari vitamin yang sama, bentuk struktur senyawa, sifat, serta khasiatnya berbeda.
Niacinamide yang kita bicarakan ini yang biasa digunakan untuk perawatan kulit, sementara niacin lebih sering digunakan dalam pengobatan kolesterol karena mampu meningkatkan HDL (high density lipoprotein) atau kolesterol baik, kata orang-orang, yang sebenarnya tidak ada ya istilah kolesterol "baik" atau "jahat", HDL maupun LDL (low density lipoprotein, kolesterol jahat) sama-sama memiliki perannya masing-masing dalam tubuh. Kapan-kapan bisa kita bahas lah terkait kolesterol.
Intermezzo, menarik membahas asal kata niacin, yang aslinya itu berasal dari kata nicotinic acid atau "asam nikotinat". Berhubung ada kesamaan bunyi dengan nikotin yang menyebabkan adiksi yang kita kenal dalam kandungan rokok, istilah niacin lebih disukai untuk digunakan yang mana niacin itu sendiri adalah suatu singkatan dari kata "NIcotinic ACid vitamIN" wkwkwk.
Balik lagi membahas niacinamide. Seberapa powerful sih niacinamide itu sampai mayoritas produk skincare terutama yang mengklaim mencerahkan kulit ya, pasti ada kandungan niacinamide-nya. Baiklah, mari kita kulik satu per satu.
Berdasarkan review yang ditulis oleh Matts, Oblong, dan Bissett pada tahun 2002 di IFSCC Magazine, terdapat setidaknya ada 4 manfaat niacininamide pada kulit manusia.
Pertama, yang paling sering diklaim dulu, niacinamide sebagai pencerah (brightening) kulit. Bagaimana sih mekanisme kerjanya? Perlu diketahui dulu ya, yang memberikan warna kulit di dalam tubuh kita itu ada melanin yang dihasilkan dalam organel yang disebut melanosome, melanosome (melanosom) itu sendiri berada dalam di dalam melanocyte (melanosom).
Semakin banyak melanosome dihasilkan (otomatis melanin juga), semakin gelap warna kulit kita. Biasanya melanosome keluar ketika ada rangsangan sinar matahari. Itu lah mengapa, semakin sering di bawah sinar matahari kulit kita semakin gelap. Terlepas dari warna kulit gelap yang dihasilkan, melanosome ini berperan dalam melindungi tubuh dari kerusakan kulit akibat sinar UV.
Dalam hal ini, niacinamide diketahui dapat menghambat keluarnya atau transfer melanosome ke keratinocyte. Keratinocyte (keratinosit) adalah bagian paling luar kulit.
Pada suatu penelitian, niacinamide ditemukan dapat menurunkan pigmentasi (perwarnaan kulit) yang signifikan ketika digunakan dalam konsentrasi 5% selama 4 dan 8 minggu. Hasil penelitian ini bisa dijadikan patokan juga ngga sih buat kita yang menggunakan produk skincare, bisa dicek konsentrasi yang digunakannya berapa. Kalau 5% kan artinya sesuai dengan pengujian lah ya, kalau kurang dari itu, ya bisa dibayangkan lah tidak seefektif 5%.
Selanjutnya, durasi pengamatan 4 sampai 8 minggu bisa menjadi gambaran, sampai berapa lama kita bisa mengekspektasikan hasil perawatan bekerja. Jadi, butuh waktu yaaa, sampai sekitar 2 bulan untuk melihat efek. Itulah mengapa, kalau melakukan perawatan, ngga bisa instan, perlu waktu. Yang sabar makannya, dan jangan bolong-bolong, konsisten tiap harinya. Kalau bolong ya susah juga buat niacinamide-nya bekerja. Jadi, jangan langsung menilai suatu produk skincare itu ngga bagus, cek lagi ke diri sendiri, apakah sudah menggunakannya dengan metode yang tepat.
Kedua, niacinamide dapat mencegah penuaan kulit. Penuaan kulit tentunya terjadi karena pertambahan usia, dimana konstituen-konstituen utama kulit yang memberikan kekuatan, kekenyalan, mulai berkurang. Konstituen utamanya yang dimaksud antara lain kolagen, ceramide (seramida), dan keratin. Pada dasarnya, secara fisiologi, niacinamide adalah konstituen atau bahan pembentukan NAD (Nicotinamide adenine dinucleotide).
Apa itu NAD? NAD memiliki peran yang sangat penting di dalam tubuh kita, yaitu dalam transfer energi. Tanpa energi, tubuh tidak dapat berkembang. Termasuk dalam konteks ini, tanpa NAD, konstituen kulit tidak dapat terbentuk karena dalam proses pembentukannya membutuhkan energi. Bedanya anak muda dengan orang yang telah berusia, jumlah NAD mengalami penurunan seiring bertambahnya usia.
Jadi dengan adanya niacinamide, yang memberikan pasokan tambahan untuk pembentukkan NAD, penuaan diperhambat. Jadi kesannya lebih awet muda.
Ketiga, dari suatu penelitian, rupanya niacinamide juga dapat secara signifikan menurunkan fotokarsinogenesis atau pembentukkan kanker akibat sinar matahari. Namun, mengenai mekanismenya bagaimana, masih belum dapat dijelaskan.
Keempat, niacinamide juga berperan dalam mengatasi jerawat/acne, karena juga dinilai dapat memiliki aktivitas antiinflamasi yang poten pada pengobatan acne vulgaris. Penelitian tersebut dilakukan dalam pengamatan setelah 8 minggu. Jadi, bukan sesuatu hal yang instan lagi-lagi yaa. Semuanya butuh proses. Kalau ada produk yang bisa langsung memberikan efek yang instan, itu patut dicurigai. Takutnya, bahan yang dikandungnya berbahaya.
Mengetahui 4 manfaat tersebut, sebagai pencerah, penghambat penuaan, perlindungan dari sinar UV, serta mengatasi jerawat, menjawab alasan mengapa niacinamide ini digemari dalam mayoritas formulasi produk skincare.
Tetapi pernahkah merasa insecure, bahan sebaik itu apakah ada juga efek sampingnya. Kalau di-googling rata-rata menyebutkan kemerahan dan rasa-rasa ketidaknyamanan lainnya yang menurut saya hal tersebut dapat muncul kalau memang alergi terhadap niacinamide. Kalau merasakan hal yang tidak mengenakkan tersebut, harus segera menghentikan pemakaian.
Ada yang menarik terkait efek samping niacinamide. Yaitu, yang menghubungkannya dengan risiko terkena diabetes. Penelitian yang dilakukan tidak secara langsung menggunakan niacinamide, tetapi lebih sering menyebutkan niacin. Ingat perbedaan keduanya yang kita bicarakan di awal? Faktanya, di dalam tubuh niacinamide dan niacine bisa saling bertukar (interchangeably). Niacinamide berubah menjadi niacin atau sebaliknya.
Kembali lagi ke persoalan faktor risiko diabetes, penelitian tersebut dilakukan secara meta-analisis atau menggunakan kumpulan data-data dari hasil riset mana pun, kemudian dianalisis. Penelitian tersebut mengonfirmasi bahwa niacin dapat meningkatkan risiko pengembangan diabetes sebanyak 35%. Mengenai mekanismenya seperti apa, belum bisa dijelaskan. Hal ini kemungkinan terkait dengan peningkatan level glukosa hingga penurunan sensitivitas insulin.
Timbulnya efek samping biasanya selaras dengan konsentrasi, durasi lamanya penggunaan dan lokasi pemakaiannya. Menurut saya, alasan mengapa penelitian efek samping yang berisiko diabetes tersebut berfokus pada penggunaan niacin, karena niacin digunakan secara oral untuk pengobatan hiperlipidemia atau peningkatan kolesterol. Apabila digunakan secara oral atau langsung masuk melalui saluran cerna, konsentrasinya biasanya cukup besar sehingga potensi efek samping perlu diamati.
Sementara penelitian efek samping yang berfokus pada niacinamide belum banyak. Karena biasanya digunakannya dalam produk skincare, pemakaiannya sebatas hanya di permukaan kulit saja. Biasanya ada persyaratan dalam penggunakan zat aktif untuk kosmetik. Perlu dipastikan keamanannya bahwa zat aktif tersebut tidak terserap lebih dalam ke dalam kulit, yang dikhawatirkan terserap ke pembuluh darah lalu dibawa ke seluruh tubuh. Jadi, perlu dipastikan bahwa efeknya hanya untuk di permukaan saja sehingga aman penggunaannya.
Intinya, sejauh ini, efek samping niacinamide yang parah sekali belum ada publikasinya karena penggunaannya masih aman, belum ada laporan dari konsumen. Meskipun demikian, kita harus selalu waspada. Bagaimana caranya? Yaitu dengan menggunakan produk skincare secara wajar, sesuai dengan dosisnya, dan segera mencari pertolongan medis apabila mengalami ketidaknyamanan.
Sekian dari saya, semoga ada manfaat dari tulisan ini. Mohon maaf kalau ada salah, dan silakan dikoreksi apabila ada informasi atau data yang lebih tepat. Terima kasih sudah berkunjung!
Referensi:
Goldie C, Taylor AJ, Nguyen P, et al. 2016. Niacin therapy and the risk of new-onset diabetes: a meta-analysis of randomised controlled trials. Heart,102:198–203.
Matss, P.J., Oblong, J.E., & Bisset, D.L. (2002). A review of range of effects of niacinamide in human skin. IFSCC Magazine, vol 5(4), 285-289.
Hill, S. 2022. What is Niacin? Benefits and Side Effects. https://www.lifespan.io/topic/niacin/
Disclaimers: semua gambar diperoleh dari google, ada juga yang dari jurnal yang disebutkan di atas (bkan dokumentasi pribadi)
No comments:
Post a Comment
If you want to be notified that I've answered your comment, please leave your email address. Your comment will be moderated, it will appear after being approved. Thanks.
(Jika Anda ingin diberitahu bahwa saya telah menjawab komentar Anda, tolong berikan alamat email Anda. Komentar anda akan dimoderasi, akan muncul setelah disetujui. Terima kasih.)