Pages - Menu

Sunday, December 18, 2022

Asal Mula Kimia Organik Bagian 1 (Sebelum Kimia Organik)

Selama belajar kimia organik dulu sewaktu kuliah S1, belajar kimia organik I dan II terkesan terburu-buru, semua materi dipadatkan hanya dalam 2 semester dan itu pun tidak benar-benar 12 bulan, karena ada masa ujian dan liburnya. Akibatnya, belajar kimia organik terkesan terpaksa, sulit bagi yang tidak bisa menangkap materi dalam waktu singkat, dan tidak menyenangkan. Kimia organik kemudian menjadi momok mata kuliah yang paling dihindari dan ada juga yang membenci karena sering memakan korban, mahasiswa-mahasiswa yang tidak dapat lulus ujian, sehingga harus mengulang di tahun berikutnya.

Padahal, kalau dipelajari dengan senang hati, kimia organik tidaklah semenakutkan itu, melainkan menyenangkan, bagi saya. Berbagai alasan telah saya ungkapkan, mengapa harus mencintai kimia organik, pada tulisan saya di sini

Pada postingan kali ini, saya akan berfokus membahas mengenai asal mula kimia organik yang tidak tersentuh dibahas pada saat mengenyam kelas kimia organik S1 dulu. 

Sejak zaman sebelum masehi, Aristoteles, mengungkapkan bahwa unsur tradisional di muka bumi terdiri dari 4 macam, yaitu api, udara, tanah, dan air (ingat saja dengan 4 elemen pada Avatar The Legend of Aang hehe). Pengetahuan terkait atom dan molekul itu belum ada, tentu konsep kimia organik juga belum terpikirkan. Pengetahuan masih sebatas itu saja. Namun, kata "organik" yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti "instrumen" telah dikenal, namun dengan definisi yang tentu belum sekompleks seperti sekarang ini. 

"Aristoteles" [Sumber Gambar: Madurapers]

Kenapa organik kaitannya dengan instrumen? Karena pada masanya, Aristoteles membedakan makhluk hidup dengan yang bukan, dimana makhluk hidup adalah yang memiliki tubuh sebagai instrumen dari jiwa, sebagai contoh, memiliki organ mata, sebagai instrumen untuk melihat, dan sebagainya.

Selanjutnya, seorang dokter Yunani Kuno, Hippokrates yang disebut sebagai "Bapak Kedokteran" atau "The Father of Medicine" adalah seorang tokoh yang menentang pengetahuan orang-orang pada umumnya bahwa segala penyakit itu berasal dari dewa-dewa yang membalas dendam. Hippokrates adalah orang pertama yang menemukan pengobatan untuk penyakit-penyakit yang ada pada zaman tersebut. Salah satunya, Hippokrates menggunakan bahan alam untuk pengobatan. 

"Hippokrates" [Sumber Gambar: Wikipedia]

Dilanjutkan oleh Galen, pada sekitar abad ke-1, pengobatan menggunakan herbal dari bahan alam terinspirasi dari Hippokrates terus dilakoni dan diperkaya. 

"Galen" [Sumber Gambar: Wikipedia]

Kemudian masuk ke zaman pertengahan (500-1500 M), di abad ke-15an, seorang ahli kimia, ahli iatrokimia (cabang dari kimia dan kedokteran), dan praktisi medis, Paracelsus, memperbarui teori unsur tradisional dari Aristoteles (ingat pembahasan 4 unsur di atas), menurutnya teori tersebut tidak berlaku lagi. Beliau kemudian membuat teori baru bahwa pada dasarnya setiap makhluk hidup bahkan apa pun terdiri dari 3 zat fundamental yaitu Merkuri, Belerang, dan Garam.

"Paracelsus" [Sumber Gambar: Ancient Origin]

Untuk memahami teori Paracelsus ini, tolong jangan disamakan dengan merkuri, belerang sebagai unsur, atau garam sebagai senyawa yang kita ketahui saat ini. Karena pada masanya, lagi-lagi, belum berkembang pengetahuan tentang unsur dan senyawa. Jadi jangan dipahami secara literal. Ketiga zat fundamental tersebut perlu dipahami secara filosofi saja. Filosofinya adalah, Paracelsus meyakini bahwa setiap penyakit disebabkan oleh adanya peningkatan atau penurunan jumlah dari ketiga zat fundamental tersebut.

Sebagai contoh, apabila terjadi kelebihan merkuri, maka dapat menyebabkan paralisis (kondisi lumpuh karena gangguan pada saraf) dan depresi. Peningkatan belerang dapat menyebabkan epilepsi dan demam. Sementara itu, peningkatan garam dapat menyebabkan diare. 

Teori 3 zat fundamental dari Paracelsus ini kemudian dibantah oleh Robert Boyle, yang menyatakan bahwa segala sesuatu itu terdiri dari atom yang pada saat itu disebutnya "corpuscles". Meskipun demikian, tokoh-tokoh ahli kimia tetap terpengaruh dengan pernyataan Paracelsus sebagai contoh Hartmann.

"Robert Boyle" [Sumber Gambar: belajarsampaimati]

Paracelsus sesungguhnya membuka paradigma baru pengobatan, tidak seperti sebelumnya pada teori Hippokrates dan Galen, pengobatan menggunakan bahan organik. Namun Paracelsus, melakukan penyimpangan dengan menggunakan anorganik, bahkan dibuat secara kimia dan sebagian beracun dan berbahaya. Hartmann yang terpengaruh dengan Paracelsus pun juga menggunakan bahan anorganik untuk pengobatan. 

"Hartmann" [Sumber Gambar: Wikipedia]

Hartmann adalah profesor kimia pertama di dunia yang mendirikan universitas kimia pertama. Pada zamannya, Hartmann membuka kesempatan belajar termasuk untuk mahasiswa asing. Namun, dalam pembelajarannya terdapat beberapa peraturan, seperti bersumpah harus setia, rajin, dan tidak membocorkan apapun ke luar. Jika melanggar peraturan, maka akan diberi sanksi. Mahasiswa mempelajari pembuatan obat-obatan menggunakan bahan anorganik. Secara tidak langsung, resep-resep pengobatan Paracelsus yang menjadi inspirasinya terungkap. Meskipun demikian, Paracelsus dan Hartmann juga tetap menggunakan bahan herbal untuk pengobatan. 

Namun, sekali lagi, istilah organik dan anorganik masih samar, yang pembahasannya akan dilanjutkan pada postingan berikutnya. 

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon maaf apabila ada kesalahan. Semoga bermanfaat!


Referensi:

Bruice, PY. 2017. Organic Chemistry Eighth Edition. England: Pearson Education Limited

Wentrup, C. 2022. Origins of Organic Chemistry and Organic Synthesis. European Journal of Organic Chemistry, 25, https://doi.org/10.1002/ejoc.202101492

No comments:

Post a Comment

If you want to be notified that I've answered your comment, please leave your email address. Your comment will be moderated, it will appear after being approved. Thanks.
(Jika Anda ingin diberitahu bahwa saya telah menjawab komentar Anda, tolong berikan alamat email Anda. Komentar anda akan dimoderasi, akan muncul setelah disetujui. Terima kasih.)