Hal-hal terkait fakta di bawah ini yang saya tulis, saya kutip dari hasil riset World Education News + Review.
Kita tahu bahwa jumlah populasi penduduk Indonesia adalah sebanyak 264 juta jiwa, dengan masa wajib belajar hanya 9 tahun, yakni dari SD hingga SMP. Membawa Indonesia ke dalam peringkat 116 dari 189 negara-negara di dunia terkait dengan Human Development Index-nya atau indeks pembangunan manusia. Rendahnya peringkat ini menunjukkan betapa masih kurang sejahteranya penduduk di Indonesia. Diperkuat datanya terkait GDP yang mana merupakan tolak ukur perekonomian Indonesia yang bahkan kurang dari setengahnya negara tetangga, Malaysia. Hal ini jugalah yang menurut saya menjadi salah satu alasan dibalik rendahnya usia harapan hidup penduduknya yang mana bahkan 7 tahun lebih rendah dari Vietnam.
Tentunya, Indonesia tidak ingin terus terpuruk dengan fakta-fakta ini. Rodrigo A. Chaves, seorang dengan jabatan country director World Bank for Indonesia mengatakan "Masyarakat kelas menengah adalah kunci untuk membuka potensi Indonesia". Penting bagi pemerintah Indonesia untuk mendukung perkembangan kelompok ini. Karena kelompok inilah yang nantinya yang akan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui peningkatan perekonomian dan terbukanya lapangan kerja.
Tahukah kamu? 55% dari penduduk Indonesia masih tidak bisa membaca, persentase yang sangat besar dibandingkan dengan negara lainnya seperti contohnya Vietnam yang hanya 14% dan negara-negara lainnya yang sekitar 20%. Tidak diam dan hal itu, sebenarnya pemerintah Indonesia telah banyak melakukan usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, di antaranya redormasi pendidikan, desentralisasi sistem sekolah, peningkatan standard training untuk guru, dan peningkatan ukuran pendidikan.
Jumlah pelajar Indonesia yang studi di luar negeri (LN) nantinya akan berkontribusi dalam pengembangan negara. Trennya sejak tahun 1998 hingga 2017, terdapat peningkatan, hanya saja tidak terlalu signifikan. Meskipun dalam angka ada banyak pelajar yang belajar di LN, masih saja kalah jauh dengan negara-negara tetangga lainnya seperti Brunei, Singapura, Malaysia, Laos, Vietnam, Cambodia, THailand, dan Myanmar.
Intermezzo, berikut adalah 3 negara yang menjadi tujuan utama pelajar Indonesia yang studi di LN, yaitu Australia, US, dan Malaysia. Australia dan Malaysia banyak dipilih karena letak geografisnya yang tidak jauh dari kepulauan Indonesia.
Di masa depan, dengan semakin banyaknya pelajar yang menimba ilmu di LN, dan kembalinya mereka ke tanah air untuk berkontribusi maka Indonesia akan dapat memaikan peran penting dalam pendidikan internasional. Khususnya akan adanya peningkatan pendapatan seiring bertambahnya jumlah penduduk kelas menengah seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan masyarakatnya, sehingga ekonomi Indonesia akan menjadi lebih kuat.
Saya sebagai salah satu pelajar Indonesia yang berkesempatan melanjgutkan studi menggunakan beasiswa LPDP dari pemerintah, merasakan banyak pengalaman berharga yang tidak dapat diperoleh di Indonesia. Saya menyaksikan setiap hari, bagaimana teknologi di Jepang sangat berkembang dengan pesat. Sebagai contoh, instrumen NMR untuk elusidasi struktur senyawa, rasanya sudah seperti mainan tiap hari. Sangat jauh berbeda ketika masih di Indonesia. NMR seperti barang mewah, yang tidak mudah diakses dan butuh mengantri berbulan-bulan. Hal ini lah yang melandasi alasan mengapa negara kita tidak kunjung berubah status menjadi negara maju. Bagaimana bisa, jika riset dan teknologinya saja masih belum bisa menyamai kecepatannya.
Saya kurang begitu paham apa yang menjadi penyebab kurangnya fasilitas riset yang diperlukan untuk Indonesia agar kita bisa maju. Tapi ada satu yang saya pahami yang mungkin bisa benar atau tidak karena dilandasi oleh pengalaman saya secara personal. Di Jepang, profesor dapat mengajukan dana riset dan dapat meliputi keperluan untuk membeli instrumen sehingga teknologinya dapat terus up to date dengan adanya dukungan dana riset tersebut. Kemudian saya teringat, ketika bergabung dengan riset dosen sewaktu S1 dan pengalaman ketika sempat menjadi pengajar selepas lulus S2, proposal dana riset yang kita ajukan di Indonesia, melarang untuk mencantumkan kebutuhan instrumen, hanya boleh untuk bahan habis pakai.
Jika pun memerlukan menggunakan instrumen tertentu yang tidak dimiliki instrumen, dananya dapat digunakan untuk membayar sewa. Bayangkan, ada berapa banyak peneliti yang membutuhkan instrumen tersebut yang ibaratnya misal hanya ada 2 atau 3 di Indonesia, tak terbayang bagaimana antriannya. Akibatnya terhambatlah progres penelitian menunggu data yang belum tentu bagus juga hasilnya. Artinya, jika Indonesia mau menyamai negara maju, setidaknya mulailah dengan memberikan dukungan dana penelitian dengan penuh totalitas, tidak setengah-setengah. Toh nantinya, hasil riset digunakan untuk kepentingan kemajuan negara juga.
Terlepas dari apa yang nanti akan pemerintah lakungan terkait hal ini, saya ada sedikit tips untuk teman-teman di sini yang berkeinginan menjadi bagian pelajar Indonesia yang berkesempatan untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Ada lima hal yang bisa teman-teman terapkan.
- Miliki kemauan yang kuat
- Mandiri
- Mau mengembangkan diri
- Kerja keras
- Jangan lupa berbagi setelah meraih yang kamu impikan
Kedua, jadilah mendiri. Kita tidak bisa menggantungkan keinginan kita kuliah di LN dengan bantuan dari pemerintah. Ada banyak beasiswa tersedia, hanya saja banyak yang informasinya tidak sampai ke semua masyarakat. Yang bisa kamu lakukan adalah menjemput kesempatan-kesempatan itu. Coba akses situs-situs yang memberikan informasi beasiswa, seperti situs/website sholarship positions atau opportunities corners, situs tersebut biasanya digunakan lembaga/universitas untuk mengumumkan peluang beasiswa yang dimiliki. Selain berselancar di situs tersebut, kenapa tidak kamu langsung merujuk ke website universitas yang kamu impikan? Biasanya, beasiswa dari kampus sendiri ada informasinya tersendiri di website itu. Jadi, cobalah sering banyak berkunjung ke website-website universitas impianmu, dan temukan peluang itu.
Ketiga, kembangkan kapasitas dirimu. Ketika kamu sudah mendapatkan informasi-informasi beasiwa, terkadang kamu terhalang oleh beberapa persyaratan. Biasanya yang paling sering adalah persoalan kemampuan berbahasa Inggris. Ada banyak cara agar kamu bisa meraihnya. Terkait dengan writing, kamu akan bisa menulis kalau kamu banyak membaca, jadi mulailah dengan banyak membaca bacaan-bacaan bahasa Inggris, kumpulan kosakata-kosakata yang masih asing bagimu dan tuliskan pula artinya. Cobalah menulis di buku harian atau di blog, tumpahkan apa yang kamu pikirkan dalam bahasa Inggris. Awalnya sulit, tapi jika kamu melakukannya dengan intens, yang tadinya kamu perlu menulis dan memakan waktu seharian, jika dilakukan lebih sering, lama-lama kamu akan terbiasa hingga tidak menyangka kamu bisa melakukannya kurang dari 1 jam.
Terkait kemampuan listening, biasakan telingamu mendengar bahasa tersebut. Biasakan mendengar lagu-lagu bahasa Inggris atau menonton film atau drama berbahasa Inggris, meskipun kamu tidak memahami beberapa katanya, tidak mengapa, yang penting dibiasakan saja dulu. Dengarkan sambil melihat subtitle-nya yang juga dalam bahasa Inggris. Lama kelamaan kamu bahkan bisa mengikutinya tanpa substitle. Jadi, intinya adalah pembiasaan.
Bagaimana dengan speaking? Ajak temanmu mengobrol dengan bahasa Inggris, agar kamu terbiasa menggunakan bahasanya, bukan cuma untuk menulis atau mendengar, tapi juga untuk diucapkan. Jika memungkinan bergabungkan dengan klub bahasa Inggris. Agar kamu memiliki lingkungan yang mendukung untuk kamu menggunakan bahasanya. Terkait hal ini, saya memilih toastmasters club, dan sudah bergabung sejak 2015 sampai saat ini. Bergabung dengan toastmasters klub membuat saya percaya diri, karena lingkungannya sangat positif, kita berbahasa bukan untuk diintimidasi, tetapi dimotivasi agar terus percaya diri dan semangat dalam menggunakannya. Lingkungan yang positif dan supportif tersebut itulah yang membuat saya terus bergabung.
Keempat, kerja keras, jangan merah. Terdengar klise, tapi memang demikian. Jika saja saya menyerah, mungkin saya tidak akan mendapatkan kesempatan beasiswa ke LN. Saya sempat mengalami berbagai kegagalan. Yang paling teringat adalah kegagalan memperoleh nilai skor TOEFL sesuai dengan persyaratan pada 2 minggu sebelum waktu terakhir penyerahan dokumen. Dengan sisa waktu yang sangat sempit dan hampir tidak mungkin, saya beranikan diri untuk mencoba lagi, berharap dalam 1 minggu saya ada perbaikan. Berbekal nekat dan nothing to lose, saya mengambil ujian ke dua, dan alhamdulillah saya memperolehnya. Jadi, jangan putus asa, terus semangat mengejar impian.
Terakhir, pay it forward, jangan lupa berbagi setelah memperoleh apa yang kamu inginkan. Ini bukan sesuatu yang keluar dari saya begitu saja, tetapi saya terinspirasi dari kakak yang saya temui di suatu acara. Pada saat itu kakak tersebut sudah memperoleh beasiswa, mengetahui hal itu saya banyak bertanya, namun kemudian saya terpikir, kenapa kakaknya begitu baik dan banyak membantu saya, katanya "Saya sudah banyak dibantu dalam mendapatkan beasiswa ini, sekarang giliran saya membantu kamu dan teman-teman yang lainnya". Saya terharu, dan bertekad ke depannya, jika saya berhasil meraih impian saya, saya harus pula melakukan yang sama, berbagi untuk teman-teman lainnya yang perlu bantuan. Oleh karena itu, jika ada teman-teman yang membaca ini dan memerlukan bimbingan atau sharing mengenai studi ke luar negeri, bisa tanya-tanya ke saya, saya dengan senang hati akan membantu. Teman-teman bisa kontak saya melalui email, atau sosmed saya.
Oke, cukup sekian, banyak ya yang dibahas. Mohon maaf kalau ada kesalahan, terima kasih banyak sudah berkunjung! Semangat!
0 comments:
Post a Comment
If you want to be notified that I've answered your comment, please leave your email address. Your comment will be moderated, it will appear after being approved. Thanks.
(Jika Anda ingin diberitahu bahwa saya telah menjawab komentar Anda, tolong berikan alamat email Anda. Komentar anda akan dimoderasi, akan muncul setelah disetujui. Terima kasih.)