Pada tulisan ini, saya akan berbagi catatan saat kuliah OGES (Obat Gangguan Endokrin dan Saluran Cerna). Pada pertemuan pertama, materi dibawakan oleh Bu Juheini secara langsung. Sebelum memahami terkait dengan penjelasan gangguan dan obatnya, perlu diketahui terlebih dahulu bagian-bagian dari sistem pencernaan.
Patofisiologi terkait ini yang perlu dipahami antara lain gangguan pada saluran cerna dan gangguan pada organ aksesoris. Yang termasuk ke dalam gangguan pada saluran cerna antara lain penyakit-penyakit dengan keadaan cedera seperti penyakit refluks gastroesofagus, ulkus peptikum, malabsorpsi, apendisitis, penyakit inflamasi usus, divertikulosis, penyakit hirschprung, dan kanker baik kanker esofagus, lambung, dan kolorektum. Sementara yang termasuk gangguan pada organ aksesoris antara lain sirosis dan hipertensi porta, ascites, ensefalopati hepar, jaundice, dan sindrom hepatorenal.
Apapun macam gangguannya, biasanya manifestasi klinisnya secara umum antara lain bisa berupa anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, dan peritonitis. Anoreksia merupakan suatu gejala hilangnya selera atau nafsu makan, disertai gangguan mual, muntah diare, dan biasa terjadi pada penderita kanker, selain itu termasuk juga anoreksia nervosa yaitu kondisi individu yang mana memilih untuk tidak makan karena takut gemuk yang berlebihan. Mual atau bahasa ilmiahnya nausea merupakan sensasi subjektif yang tidak menyenangkan yang mendahului muntah, biasanya disebabkan oleh distensi atau peregangan atau bisa juga karena adanya iritasi pada bagian saluran cerna, selain itu dapat pula akibat distimulasi oleh pusat otak yang lebih tinggi. Muntah atau vomitting merupakan pengeluaran isi lambung yang kuat melalui mulut, biasanya dimulai oleh adanya gejala mual, takikardia, dan berkeringat. Muntah dapat disebabkan oleh respon terhadap peregangan atau iritasi yang berlebihan, respon terhadap stimulasi kimiawi oleh emetik, hipoksia, dan nyeri yang kemudian kesemuanya itu dapat mempengaruhi pusat muntah di otak sehingga memicu untuk muntah.
Diare merupakan peningkatan keenceran dan frekuensi feses, diare mungkin dapat terjadi dalam volume besar atau kecil dan dapat disertai dengan tanpa atauadanya darah. Penyebab diare antara lain perubahan diet, obat tertentu yang dapat menyebabkan gangguan inflamasi pada usus seperti antibiotik dan kandungan Mg pada antasida, atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran cerna oleh bakteri atau virus, iritasi usus oleh patogen terutama mempengaruhi pengeluaran mukus dan motilitasnya, zat terlarut yang tidak diserap oleh feses, faktor psikologis seperti ketakutan atau stress, dan penderita penyakit ulserabutiv dan penyakit Crohn.
Jadi sebenarnya pada dasarnya, diare ini disebabkan oleh 4 hal yaitu akibat terganggunya keseimbangan osmotik, sekretorik, adanya inflamasi, dan dismotilitas. Keseimbangan osmotik terganggu menyebabkan terjadinya inhibisi absorpsi H2O pada lumen usus, selain itu terjadi penurunan kemampuan absorpsi untuk senyawa lainnya seperti karbohidrat yang mana diakibatkan oleh adanya defisiensi enzim yang mencernanya seperti disakaridase, laktase. Selain itu yang menyebabkan terganggunya proses penyerapan bisa juga disebabkan oleh adanya kondisi pankreatitis dan induksi laksatif yang mengganggu kesetimbangan natrium atau anion. Kondisi malabsorpsi juga salah satu penyebab hal ini.
Sekretorik dapat terganggu misalnya terdapat gangguan pada sistem saraf, sehingga hormon-hormon yang seharusnya bekerja pada saat proses pencernaan tidak dapat dikeluarkan. Inflamasi merupakan penyebab diare juga karena ketika terjadi inflamasi fungsi saluran cerna menjadi menurun, inflamasi dapat disebabkan oleh infeksi bakteri maupun virus. Dismotilitas juga menjadi penyebab diare karena dengan tidak adanya pergerakkan tentunya proses pencernaan terganggu, dismotilitas diakibatkan oleh adanya neuropati.
Diare ada 2 macam, yaitu diare akut dan diare kronik. Diare akut biasanya terjadi kurang dari 48-72 jam sementara diare akut biasanya lebih dari itu. Tanda-tanda atau gejala diare akut antara lain adanya penurunan tekanan darah postural, mukosa kering, penurunan turgor kulit, dan takikardia. Keracunan makanan merupakan salah satu contoh penyebab diare akut. Sementara tanda-tanda dari diare kronis antara lain adanya penurunan berat badan, diare nokturnal, serta abnormalnyan nilai hitung darah lengkap, B12, folat, Fe, dan albumin.
Konstipasi merupakan kondisi sulit atau jarangnya melakukan defekasi. Dapat sulit defekasi bisa diakibatkan karena fesesnya yang keras. Feses dapat menjadi keras dapat diakibatkan oleh dehidrasi, menunda defekasi, makanan, maupun penyakit.
Peritonitis merupakan inflamasi pada peritonium yaitu membran yang melapisi rongga abdomen. Biasanya gejala peritonitis antara lain nyeri di area inflamasi, peningkatan denyut jantung akibat syok hipovolemia yang terjadi sehinga terjadi peningkatan pergerakan cairan ke dalam peritonium, mual dan muntah, dan kaku abdomen.
Berikut merupakan penjelasan terkait gangguan-gangguan pada saluran cerna.
Penyakit refluks gastroesofagus atau biasa disebut GERD atau orang awam sering menyebutnya nyeri ulu ati. GERD merupakan pergerakan membaliknya isi lambung menuju esofagus yang kemudian masuk dan mengiritasi (akibat kandungan asam kuatnya) lalu menimbulkan rasa terbakar di esofagus. Ketika esofagus telah berulang kali teriritasi dapat memicu terjadinya inflamasi. Yang menyebabkan GERD adalah adanya tekanan abdomen yang tinggi misalnya akibat kondisi hamil, obesitas, atau setelah makan makanan yang berlebihan, selain itu bisa juga diakibatkan oleh posisi berbaring yang tidak sesuai setelah makan yang seharusnya ketika setelah makan jika ingin berbaring, posisi esofagus harus lebih tinggi dari pada abdomen. Gambaran klinisnya antara lain nyeri terbakar di sekitar epigastrium (dispepsia), nyeri disertai sendawa dan rasa asam, serta nyeri yang timbul 30-60 menit setelah makan lalu tidur dengan berbaring.
Ulkus peptikum merupakan adanya erosi di lapisan mukosa saluran pencernaan, umumnya terjadi di lambung dan usus 12 jari, penyebabnya bisa diakibatkan oleh produksi mukus yang terlalu sedikit atau produksi asam yang berlebihan di lambung lalu tersalurkan ke usus. Produksi mukus yang terlalu sedikit disebabkan oleh adanya penurunan aliran darah ke saluran cerna sehingga menyebabkan terjadinya hipoksia pada jaringan yang menghasilkan mukus dan berdampak terhadap pemroduksian mukus tersebut. Adanya penurunan pada produksi mukus juga dapat disebabkan oleh adanya infeksi koloni bakteri Helicobacter pylori. Terdapat pula obat-obatan yang dapat menyebabkan penurunan mukus yaitu aspirin dan NSAID yang bersifat iritatif, dan kafein, nikotin, serta alkohol yang dapat menyebabkan cedera pada lapisan perlindungan mukosa. Produksi asam yang berlebihan tersebut juga tidak baik karena HCl merupakan salah satu zat yang juga bersifat iritatif terhadap lapisan mukus. Gelaja ulkus peptikum antara lain dispepsia pada malam hari bersifat ritmik, nyeri hilang timbul, penurunan berat badan, dan nyeri pada waktu perut kosong.
Malabsorpsi merupakan kegagalan usus halus untuk menyerap makanan tertentu. Penyebabnya antara lain defisiensi enzim pencernaan pankreas, infeksi oleh mikroorganisme, kerusakan lapisan mukosa usus, gangguan fungsi limfe, empedu, dan penyakit Crohn. Malabsorpsi dapat lanjut ke komplikasi antara lain gangguan proses kognitif, glositis, dan osteomalasia. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gejala umum malabsorpsi, jika malabsorpsi lemak maka terdapat steatore, jika vitamin A maka rabun senja, jika vitamin D maka risiko fraktur, jika vitamin E maka gangguan kekebalan, jika vitamin K maka gangguan koagulasi, dan jika malabsorpsi laktosa maka diare osmotik.
Apendisitis atau usus buntu merupakan peradangan yang terjadi di bagian apendiks, dapat terjadi tanpa penyebab yang jelas, obstruksi apendiks oleh feses, atau terpuntirnya apendiks atau pembuluh darah. Gejalanya bisa berupa demam, nyeri di perut kuadran kanan bawah, dan jika apendiks yang bengkak pecah maka dapat terjadi peritonitis.
Penyakit inflamasi usus atau disebut juga penyakit Crohn merupakan penyakit inflamasi yang kronis yang terjadi di usus (semua bagian lapisan submukosa saluran cerna) dan penyebabnya tidak diketahui. Gambaran klinisnya berupa diare intermitten, nyeri kolik, penurunan berat badan, malabsorpsi, malaise, demam ringan, dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Divertikulosis merupakan penonjolan pada pembuluh nadi atau arteri atau biasa disebut sebagai herniasi lapisan mukosa usus) yang kemudian masuk ke dalam lapisan otot usus besar. Divertikulosis akut maupun kronis dapat menyebabkan perdarahan, peritonitis, dan abses (nanah).
Gejala umum malabsorpsi, jika malabsorpsi lemak maka terdapat steatore, jika vitamin A maka rabun senja, jika vitamin D maka risiko fraktur, jika vitamin E maka gangguan kekebalan, jika vitamin K maka gangguan koagulasi, dan jika malabsorpsi laktosa maka diare osmotik.
Apendisitis atau usus buntu merupakan peradangan yang terjadi di bagian apendiks, dapat terjadi tanpa penyebab yang jelas, obstruksi apendiks oleh feses, atau terpuntirnya apendiks atau pembuluh darah. Gejalanya bisa berupa demam, nyeri di perut kuadran kanan bawah, dan jika apendiks yang bengkak pecah maka dapat terjadi peritonitis.
Penyakit inflamasi usus atau disebut juga penyakit Crohn merupakan penyakit inflamasi yang kronis yang terjadi di usus (semua bagian lapisan submukosa saluran cerna) dan penyebabnya tidak diketahui. Gambaran klinisnya berupa diare intermitten, nyeri kolik, penurunan berat badan, malabsorpsi, malaise, demam ringan, dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Divertikulosis merupakan penonjolan pada pembuluh nadi atau arteri atau biasa disebut sebagai herniasi lapisan mukosa usus) yang kemudian masuk ke dalam lapisan otot usus besar. Divertikulosis akut maupun kronis dapat menyebabkan perdarahan, peritonitis, dan abses (nanah).
Penyakit hirsprung atau disebut juga megakolon kongenital merupakan ketiadaan ganglion otonom kongenital yang mempersarafi pleksus mienteris dan seluruh atau sebagian rektum dan kolon sehingga terjadi penumpukkan feses di usus.
Kanker esofagus umumnya menyerang pria dengan usia 50-70 tahun, faktor predisposisinya (ciri-ciri yang telah ada pada individu sebelum menderita penyakit) seperti banyak merokok, minum alkohol, dan obstruksi esofagus. Gambaran klinisnya berupa disfagia (sulit menelan), anoreksia diikuti dengan penurunan berat badan, dan nyeri.
Kanker esofagus umumnya menyerang pria dengan usia 50-70 tahun, faktor predisposisinya (ciri-ciri yang telah ada pada individu sebelum menderita penyakit) seperti banyak merokok, minum alkohol, dan obstruksi esofagus. Gambaran klinisnya berupa disfagia (sulit menelan), anoreksia diikuti dengan penurunan berat badan, dan nyeri.
Kanker lambung menyerang pria usia 40-50 tahun dan biasanya terletak di bagia anthrum pilorus sisanya tersebar di seluruh korpus lambung. Faktor predisposisinya adalah genetik, geografis, lingkungan, gasrtirits atrofik, dan anemia pernisiosa.
Kanker kolon dan rektum 60%nya terjadi di bagian rektosigmoid dan umumnya menyerang orang tua. Faktor predisposisinya antara lain diet rendah serat dan menahan feses yang mana jika menahan feses maka dapat menyebabkan pelepasan toksin yang dapat mencetus kanker. Gejalanya berupa perubahan defekasi, perdarahan, nyeri anemia, anoreksia, dan penurunan berat badan.
Sementara di bawah ini merupakan penjelasan tentang gangguan pada organ-organ asesoris.
Sirosis merupakan konsekuensi dari penyakit kronis hati yang ditandai dengan adanya penggantian jaringan normal dengan jaringan fibrosa sehingga sel-sel hati akan kehilangan fungsinya. Faktor utama penyebab sirosis hati adalah minum-minuman alkohol, hepatitis B dan C, serta NAFLD (Non-Alcoholic Fatty Liver Disease). Komplikasi yang dapat timbul antara lain portal hipertensi, asites, varises, spontaneous bacterial peritonitis, hepatic encephalopaty, dan abnormalitas koagulasi. Portal hipertensi merupakan adanya peningkatan pada tahanan vena portal, sementara asites merupakan penumpukkan cairan pada ruang peritoneal. Berikut merupakan gambar asites.
Kanker kolon dan rektum 60%nya terjadi di bagian rektosigmoid dan umumnya menyerang orang tua. Faktor predisposisinya antara lain diet rendah serat dan menahan feses yang mana jika menahan feses maka dapat menyebabkan pelepasan toksin yang dapat mencetus kanker. Gejalanya berupa perubahan defekasi, perdarahan, nyeri anemia, anoreksia, dan penurunan berat badan.
Sementara di bawah ini merupakan penjelasan tentang gangguan pada organ-organ asesoris.
Sirosis merupakan konsekuensi dari penyakit kronis hati yang ditandai dengan adanya penggantian jaringan normal dengan jaringan fibrosa sehingga sel-sel hati akan kehilangan fungsinya. Faktor utama penyebab sirosis hati adalah minum-minuman alkohol, hepatitis B dan C, serta NAFLD (Non-Alcoholic Fatty Liver Disease). Komplikasi yang dapat timbul antara lain portal hipertensi, asites, varises, spontaneous bacterial peritonitis, hepatic encephalopaty, dan abnormalitas koagulasi. Portal hipertensi merupakan adanya peningkatan pada tahanan vena portal, sementara asites merupakan penumpukkan cairan pada ruang peritoneal. Berikut merupakan gambar asites.
Varises merupakan pembesaran vena pada submukosa di saluran cerna, spontaneuous bacterial peritonitis merupakan cairan pada abdomen yang terinfenksi oleh bakteri dari usus, hepatic encephalopaty merupakan hati yang tidak lagi membersihkan amonia dan zat nitrogen lainnya sehingga terbawa ke otak lalu mempengaruhi fungsi otak, sementara abnormalitas koagulasi merupakan tidak diproduksinya lagi faktof-faktor koagulan.
Jaundice atau disebut juga ikterus merupakan diskolorisasi kuning pada kulit dan sklera mata akibat kelebihan bilirubin dalam darah. Ikterus dapat disebabkan oleh 3 hal, pertama bisa karena sel darah merah yang mengalami lisis berlebihan; kedua, biasa karena terjadi kerusakan hati akibat disfungsi sel hati; atau ketiga, akibat obstruksi pada aliran empedu keluar dari hati akibat batu atau tumor. Gambaran klinisnya warna feses gelap dan urin juga gelap serta berbusa.
Sindrom hepatorenal merupakan timbulnya gagal ginjal berkaitan dengan penyakit hati, penyebabnya bisa merupakan perdarahan varises sehingga terjadi kolaps vaskuler dan syok dan terjadi vasokonstriksi perifer akibat respon terhadap ascites. Hal ini menyebabkan oliguria, volume darah meningkat, dan ketidakseimbangan elektrolit. Gambaran klinisnya berupa ikterus, nyeri tekan pada abdomen, mual dan anoreksia, serta splanomegali dan ascites.
Kolealitiasis merupakan pembentukkan batu empedu, penyebabnya adalah gangguan metabolisme dan infeksi kandung empedu. Gejalanya berupa nyeri hebat mendadak pada epigastrium, berkeringat banyak, jalan mondar-mandir, guling-guling di tempat tidur, nausea, muntah, dan nyeri berjam-jam di atas kandung empedu.
Kolesistisis atau radang kronis pada kandung empedu, gejalanya seperti pada kolesistisis akut disertai dengan sumbatan batu dalam duktus sistikus dan nyeri.
Pankreatitis akut merupakan radang akut pada pankreas, ditandai dengan derajat edema, perdarahan, dan nekrosis pada sel-sel asinus dan pembuluh darah. Gejalanya antara lain nyeri perut mendadak, nyeri epigastrium, nyeri disertai muntah, berkeringat, dan lemah.
Pankreatitis kronis, gejalanya berupa serangan nyeri akut yang berulang setiap kalinya, steatore (terdapat lemak di feses), malabsorpsi, dan penuruan berat badan.
Kanker juga dapat terjadi pada organ aksesoris seperti di hati, kandung empedu, dan pankreas.
Demikian yang dapat saya sampaikan, mohon maaf apabila terdapat kesalahan. Ini hanya merupakan catatan jadi harap tidak menggunakannya sebagai referensi. Terima kasih sudah berkunjung :)
Kolealitiasis merupakan pembentukkan batu empedu, penyebabnya adalah gangguan metabolisme dan infeksi kandung empedu. Gejalanya berupa nyeri hebat mendadak pada epigastrium, berkeringat banyak, jalan mondar-mandir, guling-guling di tempat tidur, nausea, muntah, dan nyeri berjam-jam di atas kandung empedu.
Kolesistisis atau radang kronis pada kandung empedu, gejalanya seperti pada kolesistisis akut disertai dengan sumbatan batu dalam duktus sistikus dan nyeri.
Pankreatitis akut merupakan radang akut pada pankreas, ditandai dengan derajat edema, perdarahan, dan nekrosis pada sel-sel asinus dan pembuluh darah. Gejalanya antara lain nyeri perut mendadak, nyeri epigastrium, nyeri disertai muntah, berkeringat, dan lemah.
Pankreatitis kronis, gejalanya berupa serangan nyeri akut yang berulang setiap kalinya, steatore (terdapat lemak di feses), malabsorpsi, dan penuruan berat badan.
Kanker juga dapat terjadi pada organ aksesoris seperti di hati, kandung empedu, dan pankreas.
Demikian yang dapat saya sampaikan, mohon maaf apabila terdapat kesalahan. Ini hanya merupakan catatan jadi harap tidak menggunakannya sebagai referensi. Terima kasih sudah berkunjung :)
No comments:
Post a Comment
If you want to be notified that I've answered your comment, please leave your email address. Your comment will be moderated, it will appear after being approved. Thanks.
(Jika Anda ingin diberitahu bahwa saya telah menjawab komentar Anda, tolong berikan alamat email Anda. Komentar anda akan dimoderasi, akan muncul setelah disetujui. Terima kasih.)