Pages - Menu

Tuesday, February 12, 2013

Catatan Praktikum Farmasi Fisika #1

Saya mendapatkan kelas praktikum farmasi fisika pada semester 4 ini, setelah mendapatkan mata kuliah farmasi fisika I teori pada semester 2 dan farmasi fisika II teori pada semester 3. Nilai yang saya dapatkan pada kedua mata kuliah teori tersebut tidak terlalu bagus. Sulit menurut saya. Saya belum bisa membayangkan akan bagaimana nantinya kelas praktikum farmasi fisika tersebut.

Metode pembelajaran praktikum farmasi fisika di fakultas saya begini, jadi kami akan mendapatkan responsi berturut-turut sampai masa UTS, baru selanjutnya melaksanakan praktikum sampai UAS. Kata Ibu Josh, praktikum farmasi fisika ini membutuhkan banyak waktu. Yang paling memakan waktu itu adalah ketika membuat persiapan seperti larutan dan yang lainnya. Hal inilah yang menyebabkan jika ditotal waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan satu kali praktikum lebih dari yang ditetapkan di SIAK. Jadi pada pelaksanaannya nanti, untuk yang kedapatan kelas pagi, mesti datang 1 jam lebih pagi lagi untuk membuat persiapannya.

Praktikum yang paling pertama kami dapatkan mengenai "Uji Kestabilan Dipercepat Larutan Asetosal". Jadi pada responsi pertama tersebut, 12 Februari 2013, Ibu Josh menerangkan apa-apa saja yang perlu diperhatikan untuk praktikum tersebut. 

Sebelum benar-benar menjelaskan teknis praktikumnya, Ibu Josh mengingatkan kembali beberapa teori yang berkaitan dengan hal tersebut. Karena kami akan mempelajari mengenai uji kestabilan, dan kita tahu bahwa penentuan kestabilan tersebut perlu untuk memperhatikan kinetika kimia (kecepatan reaksi, faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi, dan tingkat reaksi) maka beliau menerangkan hal-hal demikan terlebih dahulu.

Berkaitan dengan kecepatan reaksi, karena larutan yang diuji adalah larutan asetosal yang mana merupakan suatu larutan dengan kecepatan reaksi yang menggunakan orde satu semu, maka yang dijelaskan oleh Ibu Josh hanya orde 1 saja, tidak sampai ke penjelasan orde nol dan orde dua. Tujuan mengulang kembali teori kecepatan reaksi dengan orde 1 adalah diharapkan dengan rumus atau persamaan tersebut, kami dapat mengetahui waktu paruh, waktu kadaluarsa, dan konstanta kecepatan reaksinya. 


Gambar tersebut merupakan salah satu slide kuliah milik dosen saya, Ibu Josh, intinya untuk mengetahui waktu paruh, menggunakan persamaan t1/2 = 0,693/k dan untuk mengetahui waktu kadaluarsa t90 = -,105/k di mana k = konstanta kecepatan reaksi dengan satuan per detik. 

Sebenarnya yang paling mempengaruhi kestabilan larutan asetosal tersebut adalah temperaturnya. Oleh karena itu, pada praktikumnya nanti, kami akan melakukan pemeriksaan kestabilan larutan tersebut pada 3 suhu yang berbeda yaitu 50, 60, dan 70 derajat celcius. 

Metode praktikumnya secara ringkas bisa dijelaskan begini, jadi pertama-tama yang dilakukan adalah membakukan larutan NaOH menggunakan KHP. Tujuan dari proses pembakuan ini, ya karena kita tahu bahwa larutan NaOH bukan merupakan larutan baku, sementara KHP merupakan larutan baku, dalam praktikum kita memerlukan larutan baku, larutan basa yang kita perlukan saat mentitrasi adalah NaOH, karena belum baku maka perlu dibakukan terlebih dahulu. Dengan proses pembakuan tersebut kita akan mendapatkan normalitas dari NaOH tersebut. 

Kemudian selanjutnya yang kita lakukan adalah menyiapkan larutan asetosal. Agar mudah larut asetosal dilarutkan pada larutan garamnya yaitu natrium sitrat. Karena jika dilarutkan dengan aquades sesuai dengan yang tertera di FI III, asetosal agak sukar larut dengan aquades. Jadi proses pembuatan larutannya adalah dengan mengambil jumlah asetosal dengan natrium sitrat dengan perbandingan 1 : 2, jadi apabila asetosalnya 5 mg maka natrium sitrat 10 mg. 

Natrium sitrat dilarutkan terlebih dahulu dengan 1/3 bagian dari 500 ml (volume yang diinginkan) menggunakan aquades bebas CO2 panas. Ketika sudah larut, pindahkan ke labu ukur 500 ml, tunggu hingga dingin. Kita perlu menunggu larutan hingga dingin karena apabila masih panas kemudian segera dicampurkan dengan asetosal, maka dapat menyebabkan adanya peruraian pada asetosal tersebut. Sebagaimana kita tahu bahwa asetosal dapat terurai menjadi asam salisilat dan asam asetat. 

Ketika sudah dingin, baru kemudian asetosal yang sudah ditimbang dilarutkan ke dalam larutan natrium sitrat tersebut. Pelarutannya menggunakan alat ultrasonic, semacam alat yang memiliki sinar yang dapat menembaki partikel-partikel agar mudah larut. Setelah itu karena larutan belum memiliki volume sesuai yang diinginkan, maka segera ditambahkan aquades bebas CO2 perlahan-lahan. Beberapa mililiter sebelum 500 ml, pastikan leher botolnya kering. Baru setelah itu boleh ditambahkan hingga 500 ml. Lalu dibolak balik agar lebih larut lagi. 

Larutan asetosal 500 ml ini kemudian dibagi 12 dengan volume masing-masing 25 ml, masukkan ke dalam wadah yang bertutup agar ketika dipanaskan tidak terjadi penguapan.

Proses berikutnya yang perlu kita lakukan adalah melakukan pentitrasian, agar kita dapat mengetahui konsentrasi dari larutan tersebut pada suhu dan waktu tertentu. 

Pada praktikum, akan ada perbedaan suhu 50, 60, dan 70 derajat celcius dan perbedaan waktu ke 0 menit, ke 40 menit, ke 70 menit, dan ke 100 menit. Karena ada 4 percobaan untuk setiap 1 suhu, jadi ada 12 kali percobaan, dan supaya teratur dan hemat waktu pelaksanaanya maka jarak waktu memulai untuk satu suhu dengan suhu lainnya sekitar 10 menit. Jadi jika percobaan pertama untuk suhu 50 derajat celcius dimulai pukul 09.00 maka percobaan kedua untuk suhu 60 derajat celcius dimulai pukul 09.10 dan seterusnya.

Ketika sudah sampai di waktu yang ditentukan larutan pada suhu yang dimaksud dipipet 5 ml kemudian dititrasi dengan NaOH dengan sebelumnya dikeluarkan lalu diletakkan di atas wadah es, agar dapat menghentikan reaksi ketika berada di oven pemanas. Proses pentitrasian bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi asetosalnya.

Ketika pada semua kondisi yaitu pada suhu berbeda dan waktu yang berbeda telah didapatkan datanya, maka bisa didapatkan grafik seperti gambar berikut: 

Gambar tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi suhunya, semakin curam garisnya, semakin cepat reaksinya.

Dengan mengetahui besarnya konsentrasi dan waktunya, melalui persamaan kecepatan reaksi orde 1 kita bisa mendapatkan harga k nya. Sehingga kita juga bisa mendapatkan grafik berikut untuk mengetahui harga k pada suhu kamar.


Saya mendapatkan kesimpulan sendiri (belum tahu benar atau salahnya karena memang belum dijelaskan) bahwa kita dapat mengetahui suatu larutan adalah stabil ketika konsentrasi yang didapatkan belum mencapai waktu kadaluarsanya atau t90-nya artinya konsentrasi yang didapatkan belum sampai berkurang 10% dari konsentrasi awalannya. Selain itu, dari praktikum tersebut jelas diketahui bahwa kestabilan suatu larutan bergantung pada temperaturnya, semakin tinggi temperaturnya semakin cepat kecepatan reaksinya, atau dengan kata lain semakin cepat kadaluarsanya. 

Mohon maaf apabila masih terdapat kekurangjelasan pada penjelasannya, saya sendiri saat ini masih belajar. Sekiranya ada kesalahan, saya harap kalian bisa memberikan komentar sehingga saya dapat memperbaikinya. Terima kasih atas kunjungannya. Semoga bermanfaat

No comments:

Post a Comment

If you want to be notified that I've answered your comment, please leave your email address. Your comment will be moderated, it will appear after being approved. Thanks.
(Jika Anda ingin diberitahu bahwa saya telah menjawab komentar Anda, tolong berikan alamat email Anda. Komentar anda akan dimoderasi, akan muncul setelah disetujui. Terima kasih.)