Pages - Menu

Tuesday, February 12, 2013

Catatan Praktikum Farmakognosi #1

Senin, 11 Februari 2013 merupakan hari pertama saya melakukan praktikum farmakognosi. Sebelumnya saya belum pernah melakukan praktikum tersebut, yang baru saya dapatkan hanya teorinya saja.

Di awal pertemuan, kami diberikan responsi terlebih dahulu. Ibu Katrin yang menjelaskan lalu dilanjutkan oleh Ibu Berna. Ibu Katrin menjelaskan mengenai tata tertib selama di ruang laboraturium seperti waktu kedatangan, jumlah kehadiran, perlunya buku paket, buku gambar, alat tulis, objek glass, cover, tisu, dan lain sebagainya yang diperlukan selama praktikum. 

Ibu Katrin menekankan untuk memiliki kertas pembersih lensa, karena menggunakan tisu biasa saja tidak bisa membersihkan lensa mikroskop justru malah semakin mengotorinya. Berhubung pembersih lensa mahal harganya, kami direkomendasikan untuk menggunakan kertas rokok. Selain menerangkan mengenai teknis pencatatan, pelaporan, dan pembelajaran lainnya, Ibu Katrin juga mencontohkan bagaimana sebaiknya membuat preparat. 

Jadi cara membuat preparatnya begini, sampel serbuk yang akan digunakan itu jangan diambil menggunakan sendok spatel atau lainnya, cara yang benar adalah dengan menuangkannya ke tutupnya lalu melalui tutup botol kecil serbuk itulah serbuk dialirkan ke atas object glass, sedikit saja cukup, jangan terlalu banyak. setelah itu ditetesi minimal 3 tetes aquades, dikira saja secukupnya. Mengenai penutupan menggunakan covernya saya sempat bingung. Ibu Katrin mengatakan kalau cara menutup yang benar adalah dengan meletakkan sisi cover di sebelah kanan baru menjatuhkannya. Sementara laborannya, Mas Agus, seharusnya diletakkannya itu dengan cara menjatuhkannya langsung dari atas tanpa menempelkan salah satu sisinya dulu. Sebenarnya teknik dua-duanya sama tujuannya yaitu agar tidak didapati adanya gelembung ketika pemeriksaan menggunakan mikroskop. 

Kemudian responsi dilanjutkan oleh Ibu Berna, beliau menjelaskan mengenai penggunaan mikroskopnya. Mau melihat yang bagaimanapun, beliau menekankan untuk menggunakan perbesaran 10x10. Alasannya adalah agar kita dapat membedakan ukuran antara sampel yang satu dengan yang lain. Kita dapat membandingkan sampel mana yang memiliki ukuran paling besar dan mana yang paling kecil dan seterusnya. Mungkin alasan lainnya adalah karena ada beberapa mikroskop yang lensa objek 40 nya dalam keadaan tidak baik jadi sebaiknya serempak satu kelas tidak menggunakan perbesaran tersebut. Mas Agus juga menambahkan, "Kalo mau sukses ujian, pake perbesaran yang 10x10 aja!"

Di laboraturium farmakognosi tersebut, masing-masing mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk menggunakan satu mikroskop, sampai ujian akan menggunakan mikroskop yang sama. Jenis mikroskopnya berbeda-beda. Ada yang sumber cahayanya menggunakan listrik, ada yang tidak, ya mikroskop cahaya biasa yang menggunakan cermin. Kebanyakan mendapatkan kesempatan menggunakan mikroskop yang sumber cahayanya listrik, sementara saya kebagian mikroskop cahaya. Awalnya saya kecewa, ternyata sama saja, malah justru saya merasa beruntung ternyata mikroskop cahaya biasa saya memilki kelebihan dengan yang lain. Meskipun mikroskop cahaya biasa, namun diberikan sumber cahaya bantuan, ada lampu di depannya, sehingga tidak perlu khawatir tidak mendapatkan cahaya. Saya merasa beruntung, karena teman-teman yang menggunakan mikroskop cahaya khusus, mikroskopnya cepat panas, sehingga perlu sering-sering dimatikan alatnya jika tidak digunakan. Sementara saya yang menggunakan mikroskop tanpa kabel, tidak perlu khawatir dengan itu. 

 Praktikum pertama saya hari itu bertujuan untuk mengetahui bentuk dan ukuran dari sampel yang diberikan sehingga dengan itu juga diharapkan mampu membedakan beberapa sampel tersebut secara mikroskopik. 

Saat itu saya diberikan 4 sampel yang terdiri dari Amylum tritici, Amylum solanie, Amylum orizae, dan Amylum manihot.

Amylum tritici berasal dari tanaman Triticum vulgare Fill (kalau tidak salah, nanti saya cari tahu lagi untuk diperbaiki), famili Gramineae, serbuknya halus dan berwarna putih. Secara mikroskopik berbentuk bulat. Kata Ibu Berna, kelihatannya seperti yang berukuran bulat dikelilingi oleh bulatan yang kecil-kecil. Jadi ada dua bentuk, yang besar dengan ukuran sekitar 30-40 mikrometer, dan yang kecil dengan ukuran sekitar 10-20 mikrometer. Berikut gambar yang saya lihat melalui mikroskop:



Kadang-kadang untuk yang berukuran besar, dapat terlihat lamelanya.

Kemudian sampel kedua, Amylum solanie, berasal dari tanaman Solanum tuberosum, famili Solanaceae. Secara mikroskopik memiliki ukuran bulat telur dan ciri yang jelas sekali terkait dengan jenis amylum ini adalah jelas terlihatnya lamela dan ukurannya yang besar. Ukurannya rata-rata antara 45-75 mikrometer. Selain itu juga dapat terlihat hilus di bagian ujung yang sempit.

 

Lamela itu yang berupa lingkaran melingkar berlapis-lapis, ada titik di ujung itulah yang disebut dengan hilus. 

Yang ketiga, Amylum oryzae, berasal dari tanaman Oryzae sativa, famili Poaceae. Serbuknya halus dan berwarna putih. Bentuknya secara mikroskopik bersegi banyak atau poligonal. Bisa berupa butir majemuk atau tunggal. Ukurannya sangat kecil yaitu sekitar 5 mikrometer. Memiliki inti tetapi kadang tidak jelas terlihat.



Yang terakhir Amylum manihot, berasal dari tanaman Manihot Utilissima Pohl. Famili Euphorbiaceae. Secara mikroskopik berbentuk bulat, ada yang berbentuk spesifik seperti topi baja. Butirnya bisa tunggal atau majemuk. Ukurannya sekitar 20 mikrometer.


Lamelanya tidak jelas terlihat. Terdapat inti dan letaknya di sentral.

Pada praktikum saat itu saya mendapatkan kesimpulan. Apabila keempat sampel tersebut dicampur kemudian dilihat secara mikroskopik, maka saya dapat membedakan mana yang Amylum solanie, Amylum tritici, Amylum oryzae, dan Amylum manihot. Melalui mikroskop, saya dapat melihat adanya bentuk dengan ukuran terbesar dan terlihat jelas adanya lamela maka zat tersebut adalah Amylum solanie. Kemudian ketika saya melihat adanya zat dengan ukuran setengah dari yang tadi, sedikit terlihat adanya lamela, dikelilingi oleh butiran kecil-kecil, maka itu Amylum tritici.  Setelah itu saya melihat lagi ada zat dengan ukuran lebih kecil lagi tetapi lamela tidak jelas terlihat, memiliki inti di sentral, maka itu adalah Amylum manihot. Dan terakhir zat dengan ukuran terkecil banyak tersebar berbentuk poligonal, maka itu adalah Amylum oryzae.

Demikian yang dapat saya berikan, semoga bermanfaat. Saya memahami bisa jadi terdapat kesalahan dalam penjelasan maupun penulisannya, mohon maaf, apabila memang ada kesalahan jangan ragu untuk memberikan komentar, untuk selanjutnya akan saya perbaiki. Terima kasih atas kunjungannya :D


2 comments:

If you want to be notified that I've answered your comment, please leave your email address. Your comment will be moderated, it will appear after being approved. Thanks.
(Jika Anda ingin diberitahu bahwa saya telah menjawab komentar Anda, tolong berikan alamat email Anda. Komentar anda akan dimoderasi, akan muncul setelah disetujui. Terima kasih.)