Antibiotik sudah tidak asing lagi bagi penduduk Indonesia. Bisa dibilang hampir seluruh penduduk Indonesia pernah mengkonsumsi obat antibiotik. Namun, masih banyak penduduk Indonesia yang tidak mengetahui cara penggunaannya.
"Setiap antibiotik harus dihabiskan", sekiranya begitulah pesan yang sering kita dengar lewat media cetak maupun elektronik. Meskipun begitu, tidak banyak orang yang mengetahui alasannya sehingga beberapa orang yang tidak tahu bisa jadi kemudian melanggarnya.
Adanya pelanggaran pada aturan ini dapat mengakibatkan resistensi pada antibiotik (bakteri mengalami kekebalan atau tidak mempan lagi pada antibiotik tersebut) yang mana hal ini sangat tidak diinginkan bahkan bisa menjadi berbahaya.
Resistensi bakteri pada antibiotik tersebut dapat menjadi tidak berbahaya apabila telah ditemukan antibiotik yang lebih ampuh. Sampai saat ini saya belum mengetahui antibiotik mana yang termasuk ke dalam level dasar (ungkapan dari saya sendiri) atau antibiotik mana yang termasuk ke dalam level yang lebih tinggi satu, dua, atau tiga tingkat darinya. Mengenai hal ini, saya masih dalam progres belajar. Pada intinya, apabila seseorang terkena infeksi bakteri lalu meminum antibiotik level 1 kemudian tidak taat pada aturan sehingga menyebabkan resistensi bakteri pada antibiotik, maka ketika terserang infeksi bakteri yang sama maka antibiotik yang dikonsumsi selanjutnya haruslah yang level 2 (level 1 tidak dapat digunakan karena sudah tidak mempan). Begitu seterusnya. Nah, apabila ternyata sudah sampai ke penggunaan antibiotik level 5 (misalnya), bakteri resinsten lagi, kemudian pada saat itu belum ditemukan antibiotik dengan level yang lebih tinggi, maka itulah yang menjadi berbahaya, infeksi bisa menjadi semakin parah dan dapat menyebabkan berbagai penyakit lainnya.
Singkatnya, dengan tidak menghabiskan seluruh antibiotik yang
diperintahkan oleh dokter dapat mengakibatkan adanya resistensi bakteri
pada antibiotik tersebut.
Ada suatu fenomena yang cukup membuat prihatin kalangan petugas kesehatan di Indonesia mengenai penggunaan antibiotik. Berdasarkan cerita dari dosen saya, penduduk Indonesia cenderung untuk "Apapun sakitnya, segera minum antibiotik: (1) anak flu sedikit, dikasih antibiotik, (2) anak batuk sedikit, dikasih antibiotik, (3) anak panas sedikit, dikasih antibiotik." Berbeda sekali dengan di Amerika ataupun di beberapa negara maju yang lainnya, "Dokter itu sangat hati-hati dalam memberikan antibiotik, apabila ada pasien yang datang dengan gejala flu dan batuk, dokter tidak segera menyuruhnya untuk meminum antibiotik, melainkan menyarankannya untuk banyak beristirahat, menjaga pola makan, dan banyak berolahraga."
Begitulah memang yang seharusnya diterapkan di Indonesia. Jika sudah begini, angka banyaknya bakteri yang sudah resisten dengan antibiotik di Indonesia bisa makin meningkat. Oleh karena itu menurut saya, Indonesia perlu untuk segera mengembangkan riset antibiotik terbaru dan mengkampanyekan kepada penduduk Indonesia untuk tidak sembarangan menggunakan obat antibiotik.
Di bawah ini saya akan menjelaskan beberapa hal mengenai antibiotik secara lebih ilmiah, mengenai pengertian antibiotik, cara memproduksi antibiotik, cara mengetahui suatu senyawa adalah antibiotik, contoh antibiotik, dan beberapa penyakit yang dapat disembuhkan dengan antibiotik.
Dalam buku Kimia Medisinal buatan dosen saya, Dr. Harmita Apt., yang dimaksud dengan antibiotik adalah senyawa organik yang berasal dari mikroorganisme hidup (bakteri, bakteri tanah, dan jamur) yang dalam jumlah kecil dapat menyebabkan penghambatan atau membunuh mikroorganisme lain.
Sedangkan berdasarkan majalah Inspiredkids, antibiotik adalah obat derivat yang berasal dari makhluk hidup atau mikroorganisme yang dapat mencegah pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain.
Ada juga dosen saya yang mengatakan bahwa antibiotik adalah senyawa yang dibuat secara sintesis atau diisolasi dari mikroorganisme yang pada dosis rendah dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme.
Sementara berdasarkan suku kata yang menyusunnya yaitu "anti" dan "bios" yang mana dalam bahasa latin artinya kehidupan, maka antibiotik diartikan sebagai zat yang dapat membunuh atau melemahkan kehidupan jasad renik.
Kesimpulan dari saya, yang dimaksud dengan antibiotik adalah senyawa organik yang diambil dari mikroorganisme tertentu atau dibuat secara sintesis yang dengan dosis rendah dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain.
Oleh karena itu dalam hal ini perlu ditekankan bahwa antibiotik hanya dapat mmbunuh atau menghambat mikroorganisme hidup saja, virus tidak termasuk, sehingga beberapa pakar menyebutkan bahwa memang penyakit yang disebabkan oleh virus tidak dapat diobati dengan antibiotik karena virus bukan makhluk hidup.
Memproduksi antibiotik dapat dilakukan melalui 3 cara, dengan cara alami, sintesis, dan semi sintesis. Dengan cara alami artinya bahwa antibiotik tersebut diproduksi dengan cara mengisolasi bagian tertentu dari mikroorganisme tertentu yang berkhasiat sebagai antibiotik. Sementara dengan cara sintesis (buatan) artinya antibiotik tersebut diproduksi melalui serangkaian proses kimia yang produknya merupakan senyawa organik berkhasiat antibiotik. Lalu dengan cara semisintesis artinya antibiotik tersebut didapatkan melalui gabungan cara alami dan sintesis, jadi bagian tertentu dari mikroorganisme diisolasi, kemudian diproses secara kimiawi, produk yang dihasilkan merupakan antibiotik.
Cara mengetahui suatu senyawa adalah antibiotik mungkin bisa dijelaskan begini, obat antibiotik berbeda dengan obat biasa. Obat biasa bekerja pada sel-sel manusia, sementara obat antibiotik bekerja pada bakteri tidak menyentuh sel-sel manusia sama sekali. Oleh karena itu dengan kata lain, kita bisa menyebutkan bahwa senyawa yang tidak bekerja pada sel-sel manusia melainkan bekerja pada bakteri adalah antibiotik.
Selain itu, kita juga bisa mengetahui suatu senyawa adalah antibiotik melalui uji penetapan KHM (Kadar Hambat Minimum) dan uji potensi antibiotik. Apabila suatu senyawa diuji melalui penetapan KHM tidak memberikan larutan yang jernih maka senyawa tersebut merupakan obat biasa karena antibiotik tentunya akan memberikan larutan yang jernih dengan konsentrasi tertentu pada larutan berisi biakan bakteri. Begitu pula dengan uji potensi antibiotik, suatu senyawa merupakan antibiotik apabila dapat memberikan zona hambat pertumbuhan bakteri pada cawan petri yang telah berisi base dan seed layer, jika tidak maka merupakan obat biasa. Mengenai penjelasan uji penetapapan KHM dan uji potensi antibiotik mungkin bisa saya jelaskan di lain kesempatan.
Contoh obat antibiotik, biasanya namanya diakhiri dengan "in", misalnya penisilin, amoksisilin, tetrasiklin, eritromisin, polimiksin, sefalosporin, basitrasin, paramomisin, vankomisin, nistatin, polimiksin, amfoterisin, rifampisin, dan sebagainya. Meskipun ada juga beberapa yang tidak diakhiri dengan "in", seperti kloramfenikol, aminosiklitol, amfenikol, makrolida, glutarimid, asam fusidat, dan sebagainya, tetap saja nama antibiotik kebanyakan diakhiri dengan "in".
Penyakit yang dapat diobati dengan antibiotik tentunya adalah penyakit yang disebabkan oleh serangan bakteri (infeksi), seperti tuberkulosis, tifus, diare, kolera, meningitis, lepra, dan sebagainya.
Sekian dulu penjelasan mengenai antibiotiknya. Kurang lebihnya mohon maaf, saya sendiri masih belajar. Semoga bermanfaat. Terima kasih atas kunjungannya :D
I like it. Tulisannya keren Nurii :)
ReplyDeleteI like it. Tulisannya keren Nurii :)
ReplyDeleteTerima kasih banyak riaaah :D
ReplyDelete