“Kini
saatnya masyarakat membuat perubahan. Jangan berharap pada pemerintah, ...”
merupakan ungkapan kritis yang dikatakan oleh Dinna Wisnu, Direktur
Pascasarjana Bidang Diplomasi Universitas Paramadina di Jakarta, Jum’at (22/6)
terkait sistem politik Indonesia yang korup (www.republika.co.id) dan sekiranya
juga merupakan ungkapan yang dapat menampar kerumitan mudik yang tak
terpecahkan hingga saat ini.
Fenomena
mudik lebaran yang tak pernah terlewatkan setiap tahunnya dibalik
menyiratkan kuatnya ikatan silaturahmi
masyarakat Indonesia dengan kerabatnya juga menyimpan banyak catatan kelam
alienasi kemanusiaan. Pemerintah seakan tutup telinga, tidak mau mendengar, dan
tutup mulut, tidak mau berbicara, mengenai besarnya angka korban kecelakaan khususnya
korban meninggal dunia selama masa mudik tiap tahunnya.
Pada
tahun 2006 di Indonesia, terdapat 437 korban meninggal dunia. Kemudian pada
tahun 2007 hingga tahun 2011 berturut-turut terdapat 798, 548, 598, 328, dan
661 korban meninggal dunia. Dan kini pada tahun 2012, jumlah kejadian
kecelakaan pada masa mudik Lebaran selama 10 hari hingga Selasa (21/8)
berdasarkan data dari Korps Lalu Lintas Polri adalah sebesar 3.291 yang 574 di
antaranya merupakan korban meninggal dunia.
Meskipun
angka korban meninggal dunia tersebut dari tahun ke tahun kadang mengalami
penurunan maupun kenaikan. Namun tetap saja angka tersebut tetap terlalu besar
bagi sebuah negara yang katanya berperikemanusiaan.
Pemerintah
tidak dapat memecahkan masalah kerumitan mudik di Indonesia 100% karena masalah
yang dimiliki oleh Indonesia tidak hanya itu. Pelebaran jalan maupun perbaikan
jalan dan sistem transportasi tidak akan benar-benar dapat memecahkan kerumitan
tersebut apabila masih terdapat banyaknya faktor human error.
Faktor
kelelahan maupun mengantuk saat berkendara yang menjadi faktor utama penyebab
kecelakaan dapat diatasi apabila masyarakat mau berubah untuk lebih peduli terhadap
keamanan dan keselamatan dirinya.
Berpikir
dua kali apabila ingin mengendarai kendaraan pribadi terutama yang beroda dua.
Memperhatikan kondisi kesehatan dan kebugaran tubuh dalam berkendara menjadi
sangat penting apabila tetap memutuskan untuk mengendari kendaraan pribadi.
Selain itu, diperlukan pula untuk melakukan banyak istirahat jika merasa lelah.
Jangan sampai niat baik berkunjung ke kampung halaman digantikan dengan kabar
duka akibat nyawa melayang.
Chandler
Haliburton (1796-1865) pernah mengatakan “Kebahagiaan dari setiap negara lebih
bergantung pada watak penduduknya dari pada bentuk pemerintahannya” sehingga
apabila masyarakat Indonesia mau melakukan perubahan, tidak hanya kerumitan
mudik saja yang terpecahkan bahkan masalah lainnya pun dapat dipecahkan.
No comments:
Post a Comment
If you want to be notified that I've answered your comment, please leave your email address. Your comment will be moderated, it will appear after being approved. Thanks.
(Jika Anda ingin diberitahu bahwa saya telah menjawab komentar Anda, tolong berikan alamat email Anda. Komentar anda akan dimoderasi, akan muncul setelah disetujui. Terima kasih.)