Makalah ini saya buat dalam rangka memenuhi tugas
MPKT-B ketika saya sedang berada di semester 1. Berikut adalah abstraknya:
ABSTRAK:
Nama : Nurul Fajry Maulida
Program Studi : Farmasi
Judul : Cara-Cara dan Cara Efektif
Mengurangi Kemungkinan Terjadinya Banjir di Jakarta
Makalah ini
membahas mengenai cara-cara apa saja yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya banjir di Jakarta dan menentukan cara mana yang lebih
efektif yang dapat dilakukan oleh setiap warga di Jakarta. Hasil studi pustaka
memberikan informasi bahwa incineration,
sanitary landfill, pembuatan kompos, daur
ulang, berpartisipasi dalam gerakan “Tanam 1.000 pohon” dan “One Man One Tree”
serta membuat LRB dapat mengurangi kemungkinan terjadinya banjir di Jakarta,
dan cara efektif yang dapat dilakukan oleh setiap individu di Jakarta adalah
pembuatan kompos, daur ulang, dan pembuatan LRB.
Kata Kunci :
Incineration, sanitary
landfill, kompos, LRB
ABSTRACT:
Name : Nurul Fajry Maulida
Study
Program : Pharmacy
Title : The Ways and The
Effective Ways to Reduce The Possibility of Flooding in Jakarta
This
paper discusses about what kind of ways that we can do to reduce the
possibility of flooding in Jakarta and decides what kind of ways that are more
effective to be done by each citizen in Jakarta. The result of literature study
gives information about incineration, sanitary landfill, composting, recycling,
participating in “Tanam 1.000 Pohon” and “One Man One Tree” action, and LRB
production can reduce the possibility of flooding in Jakarta, and the effective
ways that can be done by each citizen in Jakarta are composting, recycling, and
LRB production.
Key
Words :
Incineration,
sanitary landfill, compost, LRB
Secara garis besar tulisan ini mencakup hal-hal berikut:
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1.4 Metode Pengumpulan Data
2. PEMBAHASAN
2.1 Terganggunya Saluran Air
2.1.1 Sanitary Landfill
2.1.2 Incineration
2.1.3 Pembuatan Kompos
2.1.4 Daur Ulang
2.2 Kurangnya Area Resapan Air
2.2.1 Gerakan "Tanam 1.000 Pohon"
2.2.2 Gerakan "One Man One Tree"
2.2.3 Lubang Resapan Bioporo
3. PENUTUP
3.1Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR REFERENSI
________________________________________________________
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angin musim barat merupakan angin yang
basah sehingga membawa musim hujan/penghujan. Angin tersebut memengaruhi iklim
di Jakarta pada sekitar bulan Desember sampai dengan Februari sehingga pada
bulan-bulan tersebut Jakarta memasuki musim hujan. Cuaca buruk mungkin terjadi
apabila angin laut pada siang hari di Jakarta
bertemu dengan angin musim tersebut karena angin laut tersebut juga
cukup basah. Umumnya hujan terlebat terjadi pada bulan Januari dan Februari
sehingga pada bulan-bulan tersebut sering terjadi banjir.
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya
banjir di Jakarta menurut berbagai sumber adalah sebagai berikut:
1) Menurut Fauzi Bowo
a. Hujan lebat di gunung
b. Hujan lokal yang deras
c. Naiknya permukaan air laut
2)
Menurut
SATLAK PB-P (Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi)
a. Curah hujan dalam jangka waktu panjang
b. Erosi tanah menyisakan batuan hingga tidak ada resapan air
c. Buruknya penanganan sampah hingga sumber saluran-saluran air tersumbat
d. Pembangunan tempat pemukiman di mana tanah kosong diubah menjadi jalan/tempat parkir hingga daya serap air hujan tidak ada
e. Bendungan dan saluran air rusak
f. Keadaan tanah tertutup semen, paving atau aspal hingga tidak menyerap air
g. Pembabatan hutan secara liar (illegal logging)
h. Di daerah bebatuan daya serap air sangat kurang mengakibatkan banjir kiriman atau banjir bandang
Dari
beberapa hal yang telah dijabarkan tersebut, menurut saya hal paling besar
penyebab terjadinya banjir di Jakarta ada dua hal, yaitu:
1) Terganggunya saluran air
2) Kurangnya area resapan air
1.2 Tujuan
Tujuan
pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan informasi mengenai cara-cara apa
saja yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya banjir di
Jakarta dan menentukan atau memilihkan cara apa yang efektif untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya banjir di Jakarta tersebut.
1.3 Manfaat
Makalah
ini bermanfaat sebagai media informasi.
1.4 Metode Pengumpulan Data
Data-data
yang ada dalam makalah ini, saya dapatkan dari hasil studi pustaka, dengan
mendapatkannya dari berbagai sumber baik yang ada di perpustakaan maupun yang
saya dapatkan dari hasil pencarian melalui internet.
PEMBAHASAN
2.1 Terganggunya saluran air
Banjir yang
terus melanda Jakarta tiap tahunnya jelas terjadi karena memang kebanyakan
saluran-saluran air yang ada di Jakarta tidak berfungsi dengan baik, terutama
sungai. Hasil perhitungan terhadap nilai IKA (Indeks Kualitas Air) 83% sungai
di Jakarta berada dalam kategori buruk. Sungai tersebut penuh dengan sampah,
dengan berbagai alasan seperti salah satunya sedikit tersedianya tempat
pembuangan sampah, sebagian warga Jakarta menjadi terbiasa membuang sampah ke
dalam sungai.
|
Gambar
2.1 Kali Pesing Jakarta Barat Penuh Sampah
|
|
Gambar 2.2 Sungai
Hitam (Sunter), Serdang, Kemayoran, Jakarta Penuh Sampah
|
Padahal menurut
saya, sepertinya warga tersebut juga sebenarnya tahu bahwa perbuatan yang
mereka lakukan tersebut tidak baik bagi lingkungan dan saya rasa juga warga
tersebut ingin berhenti melakukan perbuatan tersebut. Kalau memang salah satu
alasan mereka melakukan perbuatan tersebut adalah karena sedikit tersedianya
tempat pembuangan sampah, maka masalah ini jelas harus ditangani oleh
pemerintah Jakarta dengan cara melakukan penambahan tempat pembuang sampah di
berbagai lokasi.
Apabila masalah
tersebut dapat diatasi, lalu kita perlu mencari tahu bagaimana caranya supaya
sungai-sungai yang penuh sampah tersebut dapat berfungsi kembali. Tentunya
sampah-sampah yang menumpuk tersebut perlu diolah supaya tidak lagi mengganggu
aliran air sungai. Ada banyak cara untuk mengolah sampah tersebut di antaranya sanitary landfill dan incineration.
2.1.1 Sanitary Landfill
Sanitary Landfill adalah salah satu cara metode
pembuangan akhir limbah dengan teknik tertentu sehingga tidak menimbulkan
pencemaran dan membahayakan kesehatan. Pada sistem sanitary landfill ini, sampah diangkut dan dibuang ke parit,
legok/lereng kemudian ditimbun dengan lapisan tanah serta dipadatkan.
Penimbunan terdiri atas lapisan sampah dan timbunan tanah yang mempunyai
ketebalan tertentu.1
Metode ini
hampir sama dengan pemupukkan, tetapi cekungan yang telah penuh terisi sampah
ditutupi tanah, namun cara ini memerlukan area khusus yang sangat luas.
Secara umum sanitary landfill terdiri atas 5 elemen
sebagai berikut:
1) Lining System, beguna untuk mencegah atau mengurangi
kebocoran leachate (lindi). Lindi
adalah air hasil degradasi dari sampah dan dapat menimbulkan pencemaran apabila
tidak diolah terlebih dahulu sebelum di buang ke lingkungan.
2) Leachate Collection System, dibuat di atas
lining system dan berguna untuk
mengumpulkan lindi dan memompa keluar sebelum lindi menggenang di lining system yang akhirnya akan
menyerap ke dalam tanah. Lindi dipompa keluar melalui sumur yang disebut leachate extraction system.
3) Cover/cap system, berguna untuk mengurangi cairan
akibat hujan yang masuk ke dalam landfill.
Dengan berkurangnya cairan yang masuk akan mengurangi lindi.
4) Gas Ventilation System, berguna untuk
mengendalikan aliran dan konsentrasi di dalam dengan demikian mengurangi risiko
gas mengalir di dalam tanah tanpa terkendali yang akhirnya dapat menimbulkan
ledakan.
5) Monitoring System, bisa dibuat di dalam atau di
luar landfill sebagai peringatan dini
kalau terjadi kebocoran atau bahaya kontaminasi di lingkungan sekitar.
Footnote:
Jadi secara ringkas, cara mengolah
sampah dengan metode sanitary landfill
tersebut adalah dengan membuat cekungan besar, kemudian diisi oleh
sampah-sampah tersebut, setelah itu ditutup dengan tanah, serta melengkapinya
dengan kelima elemen tersebut sehingga proses pengolahan dapat berjalan dengan
baik.
|
Gambar 2.3 Sanitary Landfill
|
Aktivitas biologi yang terjadi pada
sanitary landfill adalah proses dekomposi secara aerob maupun anaerob. Saat pertama
kali kita melakukan pengisian di dalam cekungan, proses dekomposisi yang
terjadi adalah secara aerob. Setelah komponen oksigen tersebut dikonsumsi oleh
dekomposer, maka proses dekomposisi yang terjadi kemudian adalah secara
anaerob. Dalam sanitary landfill ini,
proses dekomposisi secara aerob berlangsung lebih cepat dibandingkan secara
anaerob. Hasil dekomposisi aerob adalah asam dan alkohol, sedangkan hasil
dekomposisi anaerob adalah hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida inilah yang dapat
menyebabkan ledakan apabila tidak adanya elemen gas ventilation system.
2.1.2 Incineration
Pengolahan
sampah dengan metode ini hanya dapat dilakukan pada sampah yang dapat terbakar
habis. Lokasi pengolahan sampah dengan metode ini harus diusahakan jauh dari
pemukiman penduduk untuk menghindari pencemaran asap, bau, dan kebakaran.
|
Gambar
2.4 Incinerator
|
Cara mengolah
sampah dengan metode incineration
adalah sebagai berikut:
1)
Sampah
kering maupun basah dimasukkan ke dalam ruang bakar melalui pintu masuk
2)
Pintu
masuk ditutup dan sampah dibakar dengan burner
sampai mencapai suhu antara 6.000oC-12.000oC
3) Pada
proses ini akan menimbulkan asap hitam yang pada akhirnya keluar setelah
melewati celah dan menghasilkan asap putih.
4)
Sebelum
keluar dari cerobong asap putih ini disemprot dengan air bersih
5)
Asap
putih yang disemprot akan keluar menjadi uap air melalui cerobong
Menurut George
Tchobanoglous dalam bukunya yang berjudul “Solid Waste” mengatakan bahwa yang
dinamakan sampah adalah semua barang atau material sisa yang timbul dari
aktivitas industri, manusia dan hewan, yang berbentuk padat, liquid dan gas,
dan telah dibuang sebagai sesuatu yang tidak berguna atau dikehendaki lagi.
Namun menurut saya, dan semua orang juga tahu bahwa sesuatu yang tidak berguna
tersebut dapat diubah menjadi sesuatu yang berguna seperti kompos atau hasil
kerajinan tangan. Jadi menurut saya, ada baiknya kepada setiap warga untuk
mengurangi produksi sampah rumah tangganya dengan cara melakukan pembuatan
kompos dan daur ulang, tidak hanya mengurangi adanya penumpukkan sampah tetapi bermanfaat dan juga bernilai ekonomis.
2.1.3 Pembuatan Kompos
Peneliti dan
ahli lingkungan Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) Henky
Sutanto mengatakan bahwa sampah rumah tangga bisa diubah menjadi kompos yang berguna
untuk tumbuh-tumbuhan di pekarangan rumah sendiri. Cara membuatnya sederhana,
dengan memisahkan sampah basah (organik) seperti bekas makanan dan minuman
sehari-hari dan sampah kering (anorganik) seperti kaleng, plastik, dan kertas,
kemudian sampah basah tersebut ditumpuk dalam sebuah lubang kecil di pekarangan
rumah. Dalam jangka waktu tertentu bagian paling bawah dalam tumpukkan tersebut
bisa diangkat kemudian ditebarkan ke tanaman sebagai pupuk kompos.2
2.1.4 Daur Ulang
Sampah organik
bisa diolah menjadi kompos, agar sampah anorganik tidak terbuang begitu saja,
sebagian orang berinisiatif untuk mendaur ulang sampah tersebut menjadi suatu
hasil kerajinan yang dapat dimanfaaatkan lagi, misalnya seperti tas. Di bawah
ini ada sebuah gambar sebgai salah satu hasil kerajinan yang dibuat dari sampah
anorganik tersebut. Mengenai bagaimana cara membuat kerajinan tersebut saya
kurang mengetahui, semoga saja hal ini bisa menjadi inspirasi untuk orang lain
yang memiliki rasa peduli terhadap lingkungannya.
|
Gambar 2.5 Tas
Hasil Kerajinan dari Sampah Anorganik
|
Footnote:
2.2 Kurangnya Area Resapan Air
Perkembangan
ekonomi dan pertumbuhan penduduk di Jakarta menyebabkan permintaan akan
pelayanan dan prasarana perkotaan meningkat, seperti pembangunan jalan raya,
penyediaan kawasan pemukiman dan pusat pelayanan umum seperti tempat-tempat
perdagangan, perkantoran, rumah sakit, sekolah dan lain-lain. Hal ini akan
mengubah sifat permukaan tanah yang sebelumnya dapat meresapkan air menjadi
sukar atau tidak dapat meresapkan air sehingga air hujan yang turun tergenang
di atas permukaan tanah dan apabila volume genangannya meningkat dapat
menyebabkan terjadinya banjir.3
Menurut saya,
seharusnya dengan adanya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Jakarta, dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya banjir, karena dengan adanya RTH itulah air hujan yang
turun bisa terserap dengan baik sehingga tidak tergenang di atas permukaan
tanah. Namun kenyataannya, berdasarkan sumber dari Dinas Tata Kota DKI Jakarta,
sampai tahun 2000 tercatat sebanyak 34 lokasi SPBU di Jakarta menggunakan lahan
tanaman dan jalur hijau pengaman jalan seluar 53,6 Ha. Konversi RTH pertamanan
untuk sektor lain juga terjadi pada 250 lokasi lain atau seluas 106 Ha. RTH
telah beralih fungsi untuk bangunan pelayanan kesehatan, pos keamanan, sekolah
dan kepentingan sosial lainnya sehingga menurunkan jumlah dan fungsi RTH
pertamanan yang ada di Jakarta.
Tabel
2.1 Lokasi dan Jumlah RTH yang Digunakan untuk SPBU dan Fungsi Lain di DKI
Jakarta
(hingga
tahun 2000)
Dengan
menurunnya jumlah dan fungsi RTH pertamanan yang ada di Jakarta tersebut,
tindakan yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan kembali jumlah RTH adalah
dengan melakukan penanaman pohon di berbagai area sehingga dengan begitu area
resapan air juga meningkat dan kemungkinan terjadinya banjir di Jakarta dapat
berkurang.
Akhir-akhir ini
program lingkungan mengenai penanaman pohon sudah banyak bermunculan seperti “Tanam
1.000 Pohon” dan “One Man One Three”.
Footnote:
2.2.1 Gerakan "Tanam 1.000 Pohon"
Sudah banyak lembaga
atau perusahaan yang turut berkontribusi dalam gerakan tanam 1.000 pohon
tersebut. Berikut adalah beberapa perusahaan yang telah melakukan gerakan tanam
1.000 pohon di Jakarta.
1) Intercontinental
Jakarta Midplaza bekerja sama dengan Yayasan Tanam Pohon dan Lippo Cikarang
menggelar acara “Menanam 1.000 Pohon” pada hari Rabu, 23 November 2011 di Lippo
Cikarang.
2)
PT
Astra Autopart menanam 1.000 Pohon di Kelapa Gading Jakarta Utara.
|
Gambar
2.6 PT Astra Autopart Tanam 1000 Pohon di Kelapa Gading
|
3) Allianz
Indonesia bersama PT Jababeka TBK melakukan penanaman 1.000 pohon Trambesi di
kawasanIndustri Jababeka pada hari Senin tanggal 21 November 2011.
4) Jasa
Marga dan Trisakti menanam 1.000 pohon di Jagorawi pada hari Minggu tanggal 21
November2010.
|
Gambar
2.7 Jasa Marga dan Trisakti menanam 1.000 pohon di Jagorawi
|
2.2.2 Gerakan "One Man One Tree"
Gerakan
“One Man One Three” pada awalnya merupakan gerakan penanaman pohon yang
diselenggarakan oleh Departemen Kehutanan. Kegiatan penanaman serentak secara
nasional dimulai sejak tahun 2007 dengan target 79 juta pohon dan realisasinya
sekitar 86,9 juta pohon. Kemudian pada tahun berikutnya yaitu tahun 2008
ditargetkan 100 juta pohon dan terealisasi 109 juta pohon. Dan untuk tahun 2009
pemerintah menargetkan penanaman pohon sekitar 230 juta pohon, hampir sama
besarnya dengan jumlah penduduk yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, untuk
merealisasikan hal tersebut diperlukan gerakan “One Man One Tree”. Gerakan ini
sangat memerlukan partisipasi semua masyarakat yang ada di Indonesia termasuk
yang ada di Jakarta.
Kedua gerakan penanaman
pohon tersebut memang jelas dapat meningkatkan area resapan air di Jakarta
sehingga dapat pula mengurangi kemungkinan terjadinya banjir. Sebagai tambahan,
perlu diketahui bahwa baru-baru ini telah ditemukan teknologi baru yang dapat
meningkatkan daya resapan air dan menurut penemunya dapat dijadikan sebagai
salah satu solusi untuk mencegah banjir, teknologi tersebut adalah teknologi
LRB (Lubang Resapan Biopori).
2.2.3 Lubang Resapan Biopori
Pengertian biopori
berdasarkan sumber media elektronik resmi dari penemunya yaitu www.biopori.com,
biopori adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai
aktivitas organisme di dalamnya, seperti cacing, perakaran tanaman, rayap dan
fauna tanah lainnya. Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi udara, dan akan
menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah.
|
Gambar 2.8 Foto Mikroskop elektron dari
lubang cacing dan akar pada matriks Tanah (dalam lingkaran kuning)
|
Gambar tersebut
menunjukkan foto melalui mikroskop elekron yang menggambarkan dua buah lubang
yang terbentuk oleh cacing (pada lingkaran kuning bagian atas) dan lubang yang
terbentuk oleh aktifitas akar tanaman (pada lingkaran kuning bagian bawah).
Ide dari penemuan
teknologi LRB ini adalah membuat lubang-lubang seperti yang ada di dalam gambar
di atas dalam jumlah banyak sehingga banyak pula air di permukaan tanah yang
teresap ke dalam tanah. Penemuan teknologi LRB ini ditemukan oleh Ir. Kamir
Raziudin Brata, M.Sc. seorang dosen dari Institut Pertanian Bogor (IPB).
|
Gambar 2.9 Penemu Teknologi LRB, Ir.
Kamir Raziudin Brata, M.Sc.
|
Cara pembuatan
LRB cukup mudah, hanya dengan membuat lubang menggunakan alat seperti yang
dipegang oleh pak Kamir pada gambar di atas, dengan diameter sekitar 10 cm, dan
kedalaman tanah sekitar 1 m, kemudian lubang tersebut diisi dengan
sampah-sampah organik, setelah itu ditutup kembali dengan tanah
|
Gambar 2.10 Lubang Resapan Biopori
|
3.1 Kesimpulan
Hal yang
menyebabkan terjadinya banjir di Jakarta adalah terganggunya saluran air dan
kurangnya area resapan air. Saluran air di sini, khususnya sungai yang tidak
berfungsi sebagaimana mestinya karena penuh dengan sampah, oleh karena itu,
penumpukkan sampah perlu diatasi di antaranya dengan cara sanitary landfill dan incineration.
Selain itu warga Jakarta juga perlu mengolah sampah rumah tangganya dengan cara
melakukan pembuatan kompos atau daur ulang sehingga produksi sampah rumah
tangga dapat dikurangi dan juga dapat mengurangi adanya penumpukkan sampah.
Kemudian untuk hal kurangnya area resapan air, akhir-akhir ini sedang
digalakkan gerakan-gerakan penanaman pohon seperti gerakan “Tanam 1.000 Pohon”
dan “One Man One Tree” sehingga dengan terealisasikannya target penanaman pohon
tersebut, area resapan air di Jakarta dapat meningkat, selain itu untuk
meningkatkan daya resapan air dapat menggunakan teknologi LRB.
Jadi, menurut
saya, secara tidak langsung cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya banjir di Jakarta di antaranya adalah dengan metode sanitary landfill, incineration, pembuatan kompos, daur ulang, berpartisipasi dalam
gerakan “Tanam 1.000 pohon” dan “One Man One Tree” serta membuat LRB. Dan dalam
makalah ini saya tentukan atau saya pilihkan dari cara-cara yang telah saya
jabarkan di atas, cara efektif yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya banjir di Jakarta yaitu dengan cara melakukan pembuatan
kompos, daur ulang, dan pembuatan LRB. Karena menurut saya, yang dimaksud
dengan cara efektif adalah cara yang dapat dilakukan oleh setiap warga Jakarta
dengan segera tanpa perlu menunggu tindakan dari pemerintah ataupun gerakan
lingkungan yang dibuat oleh perusahaan atau lembaga tertentu. Menurut saya,
hanya dengan membiasakan diri membuat kompos dan mendaur ulang sampah serta
membuat LRB sudah cukup untuk mengurangi kemungkinan terjadinya banjir di
Jakarta.
3.2 Saran
Saya menyarankan kepada
semua warga Jakarta untuk berpartisipasi aktif dalam setiap upaya-upaya untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya banjir karena manfaatnya untuk kita juga,
untuk generasi saat ini, dan generasi yang akan datang.
DAFTAR REFERENSI
Anisa.1995. Awan dan Distribusi Hujan di Jakarta dan Bogor. Depok
Husin. 2001. Koordinasi Kelembagaan dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau. Depok
Rasul, Ruswan. 2005. Peranserta Masyarakat dalam Pengelolaan
Limpasan Hujan di Kawasan
Perkotaan. Depok
Supriatna, Ade. 2007. Tata Cara Pemusnahan Sampah: Analisis
Alternatif Pengelolaan Sampah
untuk Mengurangi Beban Penumpukkan Sampah TPA
Bantar Gebang. Depok
Tchobanoglous, George. 1977. Solid Waste. McGrau Hill