Pages - Menu

Thursday, April 12, 2012

Emansipasi Wanita dalam Zaman Persaingan



Emansipasi berasal dari bahasa latin “emancipatio” yang artinya pembebasan dari tangan kekuasaan. Adapun makna emansipasi wanita adalah perjuangan sejak abad ke-14 M dalam rangka memperoleh persamaan hak dan kebebasan seperti hak kaum laki-laki. Jadi, para penyeru emansipasi wanita menginginkan agar para wanita disejajarkan dengan kaum pria di segala bidang kehidupan, baik dalam pendidikan, pekerjaan, perekonomian, maupun dalam pemerintahan. Akhir-akhir ini, terminologi emansipasi wanita sudah samar-samar terdengar, berganti dengan istilah baru dari Barat, bernama ‘kesetaraan gender’ yang dibawa oleh kaum feminisme dari Barat. Di Indonesia, feminisme atau paham kesetaraan gender tersebut semakin deras pengaruhnya setelah digelarnya konferensi PBB IV tentang perempuan di Beijing tahun 1995. 

Sementara itu, di pihak lain, agama Islam tidak membenarkan adanya paham feminisme. Feminisme itu sendiri, seperti yang kita ketahui identik dengan emansipasi wanita, merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh para wanita atas ketidakadilan yang diberikan kepadanya. Padahal menurut agama Islam, keadilan itu bukanlah memberikan sesuatu secara sama rata, tetapi memberikan sesuatu sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh, seorang ayah memiliki tiga orang anak, anak pertamanya seorang mahasiswa, anak keduanya masih duduk di sekolah dasar, sementara anaknya yang terakhir baru berusia 3 tahun. Misalnya anak pertama ingin dibelikan sepeda motor oleh ayahnya, jika kita berbicara mengenai keadilan yang memberikan sesuatu secara sama rata, maka supaya ayah tersebut dianggap adil, ayah tersebut harus membelikan sepeda motor juga kepada kedua anaknya yang lain, tentunya hal ini salah bukan? Keadilan yang benar adalah yang memberikan sesuatu sesuai kebutuhan, berikan saja anak pertamanya itu sepeda motor, anak keduanya motor-motoran, dan berikan saja mainan yang sesuai untuk anak terakhir. Jadi dengan kata lain, agama Islam mengajarkan kepada penganutnya bahwa wanita tidak bisa disamakan dengan pria, karena memang pada dasarnya keduanya memiliki kebutuhan yang berbeda.

Menurut saya, di zaman yang penuh persaingan ini, perlu adanya emansipasi wanita. Misalnya saja, di dalam sebuah rumah tangga ketika seorang suami tidak sanggup untuk menafkahi kebutuhan keluarganya, dalam hal ini biasanya, mau tidak mau seorang istri harus bertindak untuk membantu suaminya. Menjadi wanita karir bisa jadi merupakan pilihannya. Jika tidak ada yang namanya emansipasi wanita, seorang istri tersebut akan kesulitan dalam mendapatkan suatu pekerjaan karena biasanya lowongan pekerjaan yang ada lebih mengutamakan pria daripada wanita. Dan tentunya seorang wanita bisa mendapatkan pekerjaan apabila ia sudah mengenyam pendidikan. Bisa dikatakan dalam hal ini, saya setuju dengan adanya emansipasi wanita. Namun dalam bidang kehidupan lainnya, saya kurang setuju dengan adanya emansipasi wanita, misalnya saja dalam bidang pemerintahan. Saya termasuk orang yang lebih setuju pria yang menjadi pemimpin, walaupun saya tahu dalam sejarahnya, ada juga wanita yang memimpin dan berjalan dengan sukses. Tetapi, dalam kondisi tertentu, saya harap para wanita menyadari bahwa kita memang memiliki keterbatasan dan kekurangan, kita seharusnya mengakui bahwa pria memang lebih unggul daripada kita, namun karena ego sendiri jugalah yang seringkali  menutupi hati kita untuk mengakuinya. 

Secara biologis, ada banyak hal yang membedakan antara pria dan wanita. Sebagai contoh,  sebagian besar pria pada umumnya lebih tinggi dari 99% populasi wanita di dunia. Selain itu, ada fakta yang menunjukkan bahwa 25 persen wanita dalam masyarakat, menjadi semakin cerdas saat mengalami menstruasi, sementara 25 persen lainnya menjadi semakin tidak cerdas saat mengalami menstruasi, dan 50 persen sisanya tidak terpengaruh oleh menstruasi. Hal ini disebabkan oleh hormon estrogen yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif. Sementara pria tidak memiliki masalah ini karena memang pria tidak mengalami siklus menstruasi. Ada hal lainnya yang menyebabkan pria lebih unggul dari wanita, yaitu pria memang sudah diberikan tulang yang lebih besar dan otot yang lebih kuat dibandingkan dengan wanita, walaupun hal ini terkesan lebih mengedepankan otot daripada otak, tetapi kita tidak bisa memungkiri kemampuan pria yang memiliki kelebihan dalam otot dan otaknya juga.

Oleh karena itu, di dalam zaman yang penuh dengan persaingan ini, emansipasi wanita tetap diperlukan, namun gunakanlah pada kondisi yang sesuai, jangan memaknai emansipasi wanita itu ke arah yang sekiranya tidak layak untuk diadakan. Tetap mendukung tetapi tetap pada koridor yang benar yang tidak menyalahi keyakinan yang kita anut masing-masing.

No comments:

Post a Comment

If you want to be notified that I've answered your comment, please leave your email address. Your comment will be moderated, it will appear after being approved. Thanks.
(Jika Anda ingin diberitahu bahwa saya telah menjawab komentar Anda, tolong berikan alamat email Anda. Komentar anda akan dimoderasi, akan muncul setelah disetujui. Terima kasih.)