Emansipasi
berasal dari bahasa latin “emancipatio”
yang artinya pembebasan dari tangan kekuasaan. Adapun makna emansipasi wanita
adalah perjuangan sejak abad ke-14 M dalam rangka memperoleh persamaan hak dan
kebebasan seperti hak kaum laki-laki. Jadi, para penyeru emansipasi wanita
menginginkan agar para wanita disejajarkan dengan kaum pria di segala bidang
kehidupan, baik dalam pendidikan, pekerjaan, perekonomian, maupun dalam
pemerintahan. Akhir-akhir ini, terminologi emansipasi wanita sudah samar-samar
terdengar, berganti dengan istilah baru dari Barat, bernama ‘kesetaraan gender’
yang dibawa oleh kaum feminisme dari Barat. Di Indonesia, feminisme atau paham
kesetaraan gender tersebut semakin deras pengaruhnya setelah digelarnya
konferensi PBB IV tentang perempuan di Beijing tahun 1995.
Sementara
itu, di pihak lain, agama Islam tidak membenarkan adanya paham feminisme.
Feminisme itu sendiri, seperti yang kita ketahui identik dengan emansipasi
wanita, merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh para wanita atas
ketidakadilan yang diberikan kepadanya. Padahal menurut agama Islam, keadilan
itu bukanlah memberikan sesuatu secara sama rata, tetapi memberikan sesuatu
sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh, seorang ayah memiliki tiga orang
anak, anak pertamanya seorang mahasiswa, anak keduanya masih duduk di sekolah
dasar, sementara anaknya yang terakhir baru berusia 3 tahun. Misalnya anak
pertama ingin dibelikan sepeda motor oleh ayahnya, jika kita berbicara mengenai
keadilan yang memberikan sesuatu secara sama rata, maka supaya ayah tersebut
dianggap adil, ayah tersebut harus membelikan sepeda motor juga kepada kedua
anaknya yang lain, tentunya hal ini salah bukan? Keadilan yang benar adalah
yang memberikan sesuatu sesuai kebutuhan, berikan saja anak pertamanya itu
sepeda motor, anak keduanya motor-motoran, dan berikan saja mainan yang sesuai untuk
anak terakhir. Jadi dengan kata lain, agama Islam mengajarkan kepada
penganutnya bahwa wanita tidak bisa disamakan dengan pria, karena memang pada
dasarnya keduanya memiliki kebutuhan yang berbeda.
Menurut
saya, di zaman yang penuh persaingan ini, perlu adanya emansipasi wanita.
Misalnya saja, di dalam sebuah rumah tangga ketika seorang suami tidak sanggup
untuk menafkahi kebutuhan keluarganya, dalam hal ini biasanya, mau tidak mau
seorang istri harus bertindak untuk membantu suaminya. Menjadi wanita karir
bisa jadi merupakan pilihannya. Jika tidak ada yang namanya emansipasi wanita,
seorang istri tersebut akan kesulitan dalam mendapatkan suatu pekerjaan karena
biasanya lowongan pekerjaan yang ada lebih mengutamakan pria daripada wanita.
Dan tentunya seorang wanita bisa mendapatkan pekerjaan apabila ia sudah
mengenyam pendidikan. Bisa dikatakan dalam hal ini, saya setuju dengan adanya
emansipasi wanita. Namun dalam bidang kehidupan lainnya, saya kurang setuju
dengan adanya emansipasi wanita, misalnya saja dalam bidang pemerintahan. Saya
termasuk orang yang lebih setuju pria yang menjadi pemimpin, walaupun saya tahu
dalam sejarahnya, ada juga wanita yang memimpin dan berjalan dengan sukses.
Tetapi, dalam kondisi tertentu, saya harap para wanita menyadari bahwa kita
memang memiliki keterbatasan dan kekurangan, kita seharusnya mengakui bahwa
pria memang lebih unggul daripada kita, namun karena ego sendiri jugalah yang
seringkali menutupi hati kita untuk
mengakuinya.
Secara
biologis, ada banyak hal yang membedakan antara pria dan wanita. Sebagai
contoh, sebagian besar pria pada umumnya
lebih tinggi dari 99% populasi wanita di dunia. Selain itu, ada fakta yang
menunjukkan bahwa 25 persen wanita dalam masyarakat, menjadi semakin cerdas
saat mengalami menstruasi, sementara 25 persen lainnya menjadi semakin tidak
cerdas saat mengalami menstruasi, dan 50 persen sisanya tidak terpengaruh oleh
menstruasi. Hal ini disebabkan oleh hormon estrogen yang berpengaruh terhadap
fungsi kognitif. Sementara pria tidak memiliki masalah ini karena memang pria
tidak mengalami siklus menstruasi. Ada hal lainnya yang menyebabkan pria lebih
unggul dari wanita, yaitu pria memang sudah diberikan tulang yang lebih besar
dan otot yang lebih kuat dibandingkan dengan wanita, walaupun hal ini terkesan
lebih mengedepankan otot daripada otak, tetapi kita tidak bisa memungkiri
kemampuan pria yang memiliki kelebihan dalam otot dan otaknya juga.
Oleh
karena itu, di dalam zaman yang penuh dengan persaingan ini, emansipasi wanita
tetap diperlukan, namun gunakanlah pada kondisi yang sesuai, jangan memaknai
emansipasi wanita itu ke arah yang sekiranya tidak layak untuk diadakan. Tetap
mendukung tetapi tetap pada koridor yang benar yang tidak menyalahi keyakinan
yang kita anut masing-masing.
0 comments:
Post a Comment
If you want to be notified that I've answered your comment, please leave your email address. Your comment will be moderated, it will appear after being approved. Thanks.
(Jika Anda ingin diberitahu bahwa saya telah menjawab komentar Anda, tolong berikan alamat email Anda. Komentar anda akan dimoderasi, akan muncul setelah disetujui. Terima kasih.)