Banyak
orang yang tidak mengetahui alasan rencana pemerintah menaikkan harga BBM
bersubsidi atau ada juga beberapa yang tahu dan yang mungkin mereka tahu adalah
bahwa hal ini dilakukan sebagai upaya pemerintah atas melambungnya harga minyak
dunia. Sebenarnya dibalik itu, ada juga beberapa alasan lainnya. Berdasarkan
data yang saya ambil dari setkab.go.id, alasan-alasan tersebut antara lain yang
pertama, lebih berpihak pada si kecil karena berdasarkan data survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, rata-rata rumah tangga kaya menikmati subsidi
bensin 10 kali lipat lebih besar daripada rumah tangga miskin. Kedua, lebih
hemat dan ramah lingkungan, karena pemangkasan subsidi membuat harga premiun
dan solar menjadi wajar, dan akan mendorong masyarakat mengurangi penghematan
BBM dan cenderung konversi ke sumber energi lain yang lebih bersih, terutama
gas. Ketiga, lebih bermanfaat karena dana yang seharusnya habis untuk subsidi
saja bisa dialihkan pemakaiannya untuk membiayai belanja lain yang lebih
berguna bagi rakyat banyak. Keempat, lebih benar karena pemangkasan subsidi
mengurangi dorongan untuk penyelewenangan dan penyelundupan. Kelimat, lebih
awet karena efek positif pengurangan subsidi premium dan solar akan terasa dalam
jangka waktu cukup lama akan meringankan beban negara pada tahun-tahun
mendatang. Oleh karena itu, pengurangan subsidi untuk premium dan solar bukan
semata-mata untuk menghemat anggaran.
Sebelum
kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi ini benar-benar diberlakukan, sudah
banyak media cetak maupun elektronik yang memberitakan mengenai demonstrasi
menolak adanya rencana kenaikan harga BBM bersubsidi ini. Saya kira orang-orang
yang melakukan demonstrasi ini, tidak mendapatkan informasi mengenai alasan kenaikan
harga BBM bersubsidi ini secara utuh. Mereka dengan jelas menolak adanya kenaikan
harga BBM bersubsidi dengan alasan bahwa kebijakan pemerintah tersebut tidak
akan meningkatkan kesejahteraan rakyat, bahkan sebaliknya justru akan merugikan
dan menambah beban rakyat. Mereka mengkhawatirkan, jika kenaikan harga BBM,
pembatasan BBM bersubsidi, dan pencabutan subsidi berlaku dalam jangka panjang,
maka hal ini justru akan lebih menguntungkan perusahaan minyak asing karena hal
ini berarti rakyat dipaksa untuk beralih pada BBM nonsubsidi seperti pertamax.
Padahal yang kita ketahui sebelumnya, dengan adanya rencana kenaikan harga BBM
ini diharapkan negara kita dapat beralih ke energi yang lebih efektif, efisien,
dan ramah lingkungan sehingga tidak perlu menggunakan BBM lagi.
Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, juga menyebutkan bahwa
intinya, untuk melawan kenaikan harga BBM yang pernah, sedang, dan akan terus
terjadi itu, tidak ada jalan terbaik kecuali memusuhi BBM itu sendiri. “Kita
jadikan BBM musuh kita bersama. Kita demo BBM-nya ramai-ramai, bukan mendemo
kenaikannya. Kalau setiap kenaikan BBM didemo, kita hanya akan terampil
berdemo. Tapi kalau BBM-nya yang kita musuhi, kita akan lebih kreatif mencari
jalan keluar bagi bangsa ini ke depan,” jelasnya. Selain itu, beliau
berpendapat bahwa berpindah ke energi listrik bisa menjadi solusi yang terbaik.
Mengenai teknologi menurutnya jelas tidak masalah, mengenai masalah harga,
misalnya saja harga baterai litium, harganya memang masih mahal, tetapi jika
produksinya dibuat massal, biayanya bisa menjadi turun drastis. Dan mengenai
bagaimana caranya menciptakan kendaraan yang menggunakan listrik sebagai
energinya, kita tidak perlu khawatir, karena LIPI sudah 10 tahun terakhir
merintis penciptaan mobil dan motor listrik tersebut. Selain beralih ke energi
listrik seharusnya negara kita juga sudah beralih ke energi matahari. Karena
kita tahu bahwa letak geografis negara kita dilalui oleh garis khatulistiwa,
sudah sepatutnya kita bisa menggunakan energi itu, dan seharusnya kita juga malu
dengan negara-negara lain yang sudah terlebih dahlu bisa menggunakan energi
mataharinya, meskipun intensitas cahaya matahari di sana tidak sebesar yang
diterima di negara kita.
Meskipun
begitu, kenaikan harga BBM bersubsidi ini harus segera dilakukan. Karena juga menurut
Jusuf Kalla (Mantan Wakil Presiden RI), hal ini merupakan konsekuensi dari
perkembangan yang terjadi pada industri perminyakan dunia. Tidak ada cara lain
yang bisa dilakukan dalam waktu yang mendesak seperti ini selain menaikkan
harga BBM bersubsidi. Walaupun kita tahu bahwa beralih ke energi alternatif
lain bisa menjadi solusi, namun konversi tersebut membutuhkan waktu dan proses
yang lama seperti halnya ketika negara kita melakukan konversi dari minyak
tanah ke gas LPG yang kita tahu pada awalnya ada begitu banyak keraguan,
penolakan, bahkan hujatan hingga bisa sukses seperti sekarang ini. Oleh karena
itu menurut saya, kenaikan harga BBM bersubsidi untuk sekarang ini sudah
rasional dan cukup beralasan. Sementara itu, keinginan untuk beralih ke energi
alternatif yang lebih efektif, efisien, dan ramah lingkungan, tetap bisa kita
rencanakan sebagai antisipasi di masa mendatang, tinggal bagaimana kita sebagai
mahasiswa bisa turut berkontribusi dengan terus menggali ilmu agar keinginan kita
bersama untuk beralih ke energi-energi alternatif tersebut bisa segera
terwujud.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mohon perhatiannya, bahwa saya hanya mempergunakan hak berbicara saja sebagai warga negara Indonesia. Apabila ada yang tidak berkenan, mohon maaf sebelumnya. Sekali lagi, saya hanya sekedar beropini~
No comments:
Post a Comment
If you want to be notified that I've answered your comment, please leave your email address. Your comment will be moderated, it will appear after being approved. Thanks.
(Jika Anda ingin diberitahu bahwa saya telah menjawab komentar Anda, tolong berikan alamat email Anda. Komentar anda akan dimoderasi, akan muncul setelah disetujui. Terima kasih.)